Langsung ke konten utama

Postingan

Mencari Pemimpin Lobar !

ilustrasi #Catatan 2 Pilkada Lobar 2024 Mencari Pemimpin Lobar ! SENGGIGI mesti jadi perhatian bagi calon pemimpin Lobar tahun ini. Kenapa Senggigi? Sejauh ini, tidak ada yg menapikan peran penting sektor pariwisata Senggigi di NTB, terhadap pertumbuhan ekonomi wabil khusus di Gumi Patut Patuh Patju. Sayangnya, musibah gempa bumi, lalu dihantam covid, membuat Pariwisata Senggigi, terkapar. Mati suri. Sempat terbangun beberapa saat-- sayang beribu sayang--kena hantaman lagi, saat pemerintah lebih fokus terhadap pengembangan Sirkuit Mandalika.  Untuk itu, saya sih mikir, pada momentum hajatan demokrasi (Pilkada Lobar) tahun ini, baiknya masyarakat harus memantapkan hati untuk mendukung kira-kira mana kondidat pemimpin yang peduli terhadap pariwisata Senggigi. Masyarakat harus mampu menganalisa kondidat mana yg punya visi membangun Lobar dalam berbagai aspek, terutama sektor pariwisata Senggigi. Pada kontestasi kali ini, saya melihat , menurut sy pribadi. Ini pandangan pribadi

Ngobrol Dengan Tuhan

Ilustrasi: mushola UNU Langko SALAH satu jalur komunikasi yang bisa dilakukan manusia dengan sang pencipta yakni melalui sholat. Melalui sholat, kita bisa merasakan kehadiran sang ilahi rabbi dalam diri kita, selain cara-cara lain diluar kewajiban melaksanakan sholat. Kalaupun mata kita tak bisa melihat Allah, tapi yakin bahwa Allah melihat hambanya. Kurang lebih demikian keterangan makna ihsan yang melekat di kepala saya. Ada salah satu arti hadist; "Hendaklah engkah beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya. Kalaupun engkau tidak melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihatmu". (H.R. Muslim No. 8). Perihal ihsan juga disampaikan melalui firman Allah: “Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil, “Janganlah kamu menyembah selain Allah Swt. dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin. Dan bertuturkatalah yang baik kepada manusia, laksanakanlah salat, dan tunaikanlah zakat." Tetapi Kemud

Jodoh Pulitik

ilustrasi : kondidat sementara cabup -cawabup pilkada Lobar FARIN udah ketemu jodoh. Laz, juga udah. Tinggal Bu ketua dewan Nurhidayah.  Bu dayah, harus dapet jodoh, biar pilkada Lobar seru. Kalo jodohan sama putra Bupati Lobar Sumiatun kayaknya pas deh. Pilkada jadi 3 pasangan. Saya sich kurang tahu, putra bu wabup yang mana. Apa putra pertama atau kedua? Yang menarik, untuk Pilkada kali ini, mantan2 bupati akan jadi modal peraup suara andalan. Zaini Arony akan mati-matian kampanyein putranya. Pauzan Khalid mati-matian kampanyein istrinya. Pasangan ini, tak lebih kampanye anak dan istri.  Pasangan Laz, juga gak jauh beda. LAZ ada hubungan keluarga dari adik yang memang telah menjadi bagian dari trah Nurul Hakim (Kediri).  Bagaimana dengan Nurhidayah. Apa ia siap berjodoh dengan trah keluarga datu Sekotong? Kita tunggu saja. Kalau gak siap, Nurhidayah harus cari jodoh dari sosok (tokoh) yang mampu menarik perhatian masyarakat Lobar. Bisa dari tokoh agama, akademisi, atau mu

ROCKY GERUNG vs HOTMAN PARIS

Rocky Gerung dan Hotman Paris, ilustration SEPARO publik tentu punya persepsi beda tentang sosok HOTMAN PARIS dan ROCKY GERUNG. Di satu sisi punya pandangan, positif. Sisi lainnnya, berpandangan negatif. Publik tentu punya alasan masing-masing. Misalnya yang nganggep sebagian publik tentang Hotman Paris sebagai dia terkesan sok hebat dan kaya raya. (Hmm..tapi memang dia tajir melintir). Lalu, Rocky Gerung yang terkesan sok pintar dan paling kritis. Terlepas apapun itu, secara tidak langsung ngasi kita pelajaran berharga. Bahwa dengan kekayaan yang Tuhan anugerahkan dan titip pada kita di samping memberi manfaat--jika tak mampu dimanage scara baik sering kali harta melimpah dan karir cemerlang membuat kita terjebak pada sikap sombong dan merasa paling 'akuisme'. Begitu juga dengan kepintaran dan kecerdasan  yang Tuhan anugerahkan pada seseorang. Ia juga kerapkali bikin kita sombong. Tak hanya itu, kita pun kemudian lebih suka ngeremehin orang lain: Nganggep ini,

Tembang (HUJAN MALAM MINGGU) dan Pentingnya Sikap REALISTIS

fhoto by : orliniza SAYA gak pernah kepikiran untuk ngopi dengan Capucino (sachetan), karena terbiasa ngopi Hitam. Saya pun gak pernah kepikiran untuk membaca buku berjudul, "Kata adalah Senjata" malam ini. Satu buku lama yg pernah saya beli secara online. Yang ada dalam pikiran saya, sejak dua bahkan tiga hari yang lalu : memenuhi janji bertamu ke rumah seseorang. Tapi apa yang terjadi? Hingga malam ketiga, janji itu tak bisa saya tunaikan. Padahal sedari awal saya siapkan. Justru sebaliknya, saya malah kejebak baca buku, ngopi sembari menikmati hujan malam minggu. Begitulah. Tak semua yg kita pikirkan, rencanakan, bisa terwujud. Justru yang tak terbersit di kepala sama sekali--malah itu yang terjadi ; itu yang kita lakukan. Itu yang kita peroleh. Dari sini, kita bisa mengambil hikmah, bahwa hidup harus kita jalani secara realistis. Hidup itu gak perlu neka-neko. Hidup gak penting membutuhkan seseorang banyak drama, apalagi pencitraan. Hiduplah seadanya, se

KELUYURAN ; Ajang Menikmati Waktu Senggang

foto : desa wisata Sade KELUYURAN sekiter sini-sini saja selalu bikin saya terkesima. Terkesima dg keunikan budaya, kebiasaan, panorama alam dan yang lain-lain. Apalagi bisa ke banyak tempat nun jauh di sono. Seneng keluyuran, membuat saya bermimpi mengunjungi banyak tempat. Tapi sayang keterbatasan itu kadang membuat langkah sedikit tersendat. Apalagi jika keluyuran ke sana kemari butuh transport, modal, kesiapan dan tetek bengek lainnya. Karenanya, dalam diam, keinginan-keinginan itu terpaksa harus dikubur.  Saat senggang, beberapa waktu lalu, saya nyoba keliling bareng si sulung. Saya awali dari ngajak dia ke museum. Di museum, ia terkaget-kaget melototin barang2 dan aneka macem yg menurut dia aneh. "Kok buku di kerangkeng. Kok ada buaya buatan di kurung dalam kaca," katanya.  "Kok ada foto, kok ada ini itu, di dalam kaca," sambungnya lagi penasaran.  Selepas dari museum, sy ajak lagi ke Sade. Penasarannya kambuh lagi. Kok atap rumah di sini beda ya,

MERASA SELALU BERUNTUNG SETIAP SAAT

Dalam hidup, begitu banyak yang mesti kita syukuri. Setiap saat, kita menemukan hal-hal sederhana yang membuat kita merasa beruntung, bahagia PERCAYALAH, hidup bahagia nan enjoy, juga ada di tempat baru yang anda datangi. Situasi baru yang anda rasakan. Di situ anda bisa menikmati buku-buku, mendengar cerita anak-anak kita, ngumpul bareng keluarga kecil. Lalu sore harinya, membunuh waktu memandangi lautan dan senja berjam-jam di tepi pantai sembari bermain dengan kilau butiran pasir. Di tempat baru itu anda bisa menangkap sesuatu yang baru. Ia kemudian sebagai arah yang membentang luas untuk kita renungkan betapa hidup, penuh akan makna (nilai-nilai Hidup). Ia bersifat transenden. Tak tampak, namun menghadirkan kepuasan teramat dalam (privatif). Di luar sana, bila anda menceburkan diri dengan beragam aktivitas masyarakat, anda bisa jumpa dan berdialog dengan mereka : para buruh, pedagang, tukang bangunan dan sederet profesi lain. Kita bisa belajar dari kehidupan mereka, b

Hidup untuk (Menanam) Kebaikan

Menanam Kebaikan, Ilustrasi : blogger Kematian itu selalu menghadapkan manusia pada situasi batas. Di mana ia tidak tahu kapan itu datang, sehingga mendesakkan diri manusia untuk selalu berbuat baik. Ya, berbuat kebaikan tanpa memegahkan diri meski sedang menikmati hasil dari sebuah prestasi yang sudah diperjuangkan ____________________________________ MANGGA madu yang tumbuh di halaman rumah pekarangan orang tua saya ini, seingat saya ditanam tahun 2002. Setahun setelah rumah yang kini saya tempati itu dibangun. Saya masih inget bagaimana susah payah ngerawatnya. Mulai dari menyirami, menjaga agar daunnya tak habis diserbu kambing tetangga, dan dicabik-cabik bocah-bocah usil yang begitu bahagia menikmati masa kecilnya. Wajar. Mereka adalah bocah yang gak jauh beda 'nakalnya' dengan saya, saat kecil dulu. Selain itu, maklum kala itu rumah rumah belum ditembok. Melainkan, dipagari sembarang pohon yang tumbuh bebas. Kini, pohon mangga dengan tinggi sekitar 8 s/d

Uang Rokok, Koran dan Budaya Baca

(FOTO LAWAS : saat koran dan majalah belum didominasi media online (daring) ________________________ Sayang beribu sayang, budaya baca kita masih rendah. Bagaimana mau nulis, kalau membaca saja malas. __________________________ MESKI sebaran informasi sesak oleh system digital, budaya baca (cetak) tak boleh hilang. Bagi saya, membaca sesuatu yang (cetak) lebih nikmat, nyaman. Selain juga aman untuk kesehatan mata. Khusus untuk media cetak, beberapa tahun silam, saya, tiap dua kali bahkan juga tiga kali dalam sepekan tetap mempertahankan membaca koran. Tapi sejak 2020 sampai saat ini, kebiasaan itu perlahan-lahan pudar. Saat itu, koran koran seperti Jawa Pos, Suara NTB dan Lombok Post, juga Kompas, jadi pilihan bacaan yang paling mudah saya peroleh. Saya rela, bahkan tak pernah berfikir panjang menyisihkan uang rokok hanya untuk membeli koran Kompas, Jawa Post dan lainnya. Jika tak ada untuk beli, saya numpang baca di beberapa tempat yang jadi langganan. Ker

Tak Semua Orang Selalu Nyerah pada Keadaan

Penulis saat foto bareng Ahmad ghazali Tahir, salah satu mahasiswa Pendidikan Sosiologi UNU NTB Agar bisa sukses, badan harus tegak seperti sebatang pohon yang siap dihantam badai. Juga bebatuan yang siap dihantam ombak dan gelombang setiap saat TAK semua kita yang hidup berkekurangan, hidup serba pas-pas(an) menyerah begitu saja pada keadaan. Apalagi untuk urusan berjuang menuntut ilmu. Malah sebaliknya, seorang harus peras keringat, banting tulang, bekerja keras. Semangat mesti bak kobaran api 'menyala'. Nyalinya tak boleh ciut, seperti kebanyakan lelaki yang sok anak mami. Badan harus tegak seperti sebatang pohon yang siap dihantam badai. Juga bebatuan yang siap dihantam ombak dan gelombang setiap saat. Tentu saja, agar sukses menuntut ilmu. Ahmad ghazali Tahir, pria asal Gerung misalnya. Saya jumpa mahasiswa ini, saat duduk santai menikmati sore, depan kampus UNU. Sst...sst, udara dingin sore itu menyapa kami. foto : foto bareng Ali, demikian ia disa

Saya Nulis

foto : berugak tengah sawah Dusun Kapu, desa Sama Guna KLU Dengan menulis, kita bisa mengabadikan setiap peristiwa. Dengan nulis, kita bisa berbagi cerita dan inspirasi. Juga bisa berbagi motivasi dan semangat pada orang lain DULU , sewaktu duduk di sekolah Aliyah, saya selalu heran ngeliat temen doyan nulis. Pokoknya nulis,..nulis tentang sesuatu : perasaan yg dialami, situasi yang dihadepi, bahagia yang dirasakan dan lain-lainnya. Seorang kawan yang dulu sering nginap di rumah demikian juga. Sebelum tidur, ia selalu meluangkan waktu barang sejenak untuk nulis. "Kok nulis. Apa yang ditulisnya ya?," pikirku heran. Ah, paling dia nulis tentang apa yang dia alami, dia rasakan, pikirku. Melihat itu, kadang saya manggut-manggut. "Kayak orang gak ada kerjaan aja. Cengeng. Sebentar-bentar curhat di buku," gumamku. Saya yang waktu sekolah di MAN 1, lebih sering nongkrong begitu bel istirahat berbunyi, tak pernah mikir utk melakukan aktivitas  'menulis&#

Sharing Ilmu Tentang ERA SERBA DIGITAL

Picture by : Seliya Harus ada pergeseran paradigma di jaman edan dunia digital. Saya katakan pergeseran paradigma : semata-mata untuk merubah mind set bahwa teknologi harus dimanfaatkan untuk tujuan kebaikan, kemaslahatan dan kepentingan hidup manusia PADA Selasa, (08/8), saya dimintai beberapa kawan menyampaikan isi pikiran saya ikhwal perkembangan Digital dan perlunya membangun kecerdasan individu dalam kegiatan Literasi Digital di desa Labulia Loteng. Hmm..tak lama, saya langsung mengiyakan ajakan kawanku itu. "Ok, siap," jawabku. "Labulia". Saya bergumam. " Labulia itu tak asing bagi saya. Sewaktu kuliah, saya pernah singgah," pikirku (dalam hati) dengan temen2 kuliah dulu. Saya mulai cuap-cuap tentang catatan yang saya tulis di bawah ini : Dahsyatnya perkembangan teknologi digital mengitari hidup. Hidup yang terus mengalir seperti  air. Kondisi yang terus bergerak dari waktu ke waktu. Dari masa ke masa. Menyibaknya, kita temukan b

BELAJAR dari Setiap PERJUMPAAN

Picture by Ojan Pandu Digital hidup itu kompleks. untuk itu, kita  perlu belajar dari setiap jengkal pengalaman orang-orang di sekitar JUMPA orang biasa-biasa saja, saya selalu  nge-dapetin hal baru, pengalaman baru. Apalagi bila jumpa orang-orang yang memang punya pengalaman. Juga sukses pada bidang yang ditekuninya. Pengalaman itu saya dapeti lagi saat jumpa salah satu kondidat doktor, yaitu Supiandi. Saya jumpa Kedai Coffe Tua Kawa Mataram. Lokasi kafe milik mantan politisi PKS Fahri Hamzah itu tak jauh dari kampus peradaban bangsa UNU NTB. "Pak Andi," demikian saya dan rekan2 di satu fakultas kampus peradaban bangsa--sering menyapa dia. Agak beda dg yg kerap disematkan rekan saya bos Yakub Ma'arif pada pak Supiandi. Pria brewok itu kerap menyapa pak Supiandi dengan panggilan abang.  "Bang Andi," kira kira begitu. Saya ngerasa, pertemuan siang itu special. Selain waktu dan tempatnya yg dadakan--pun tak nyangka bisa nyerap ilmu dan pen

Bule' Asyik Baca BUKU

Ilustrasi, Unk. (dokumen pribadi. GAMBAR di atas ini saya abadikan, sepulang membunuh waktu ke Gili Air beberapa waktu lalu. Sembari menggendong si kecil anak saya : Rafal En-Nakfi Masyhur, saya berusaha mengambil gambar terbaik seorang Bule yang sedang asyik membaca buku di tengah kerumunan orang. sayang--hasilnya, jauh dari bagus. Melihat dia asyik membaca, sementara yang lain sibuk dengan gedget sembari ngantri perahu 'But' yg segera menuju Bangsal, Ngiang kembali di pikiran ini, kata-kata seorang Jim Rohn. Jim bilang, " Membaca sangat penting bagi mereka yang berusaha untuk melampaui di atas yang biasa-biasa.”  Jim Rohn ini seorang speaker terkenal Amerika, penulis buku terlaris dan kursus video pengembangan pribadi. Pidato dan buku-bukunya sukses bikin banyak orang sadar akan potensi mereka dalam mencapai kesuksesan. Sebuah kesuksesan tak hanya dalam kehidupan, tetapi juga dalam bisnis. Betapa pentingnya aktivitas membaca itu. Saking pentingnya, Tuhan bert