SKRIPSI DAN CINTA; KADO SPECIAL TERUNTUK MAHASISWA-MAHASISWI UNU NTB

 


Foto : Kaprodi EI UNU NTB, Ketua Pusat Bisnis UNU NTB dan pembina HIMEI selepas sidang skripsi salah satu mahasiswi



Bagi mahasiswa-mahasiswi ngerjain skripsi itu berjuang mencari kebenaran ilmiah. Sedang dalam cinta, seseorang manusia berjuang mencari kebenaran emosional



CATATAN ini, terinspirasi dari sekian kali membersamai teman-teman dan adik-adik mahasiswa mahasiswi Fakultas Ekonomi UNU NTB dalam sidang munaqasyah Skripsi tahun ini.


Dengan plus minusnya--skripsi tetaplah penting sebagai syarat lulus tidaknya mahasiswa-mahasiswi. Skripsi dalam berbagai wujudnya; baik berupa laporan, Karya tulis dan lainnya masih dianggap relevan sebagai penguat (legal-formil) bahwa anda sudah di penghujung terakhir meraih gelar sarjana.


Ketika orang nulis skripsi, seseorang diajak berpikir runut, logis dan teoritis. Ia tak melulu berdialektika dengan seabrek teori tetapi juga mengkoneksikannnya dengan realitas sosial. Artinya, proses Skripsi itu tidak lain sebagai dialektika teoritis-praktis.


Skripsi itu mengajak kita belajar mengejewantahkan pikiran dan gagasan dalam bentuk tulisan.
Skripsi membuka cakrawala berpikir, melatih ketajaman otak, mendorong spirit membaca. Orang yang punya kemampuan 'baca' yang baik, punya analisis tajam. Ia serupa playmaker yang punya insting mencetak gol dalam berbagai situasi. Ia memiliki kemampuan analisis yang berbeda bila dibanding yang tidak menulis skripsi.


Siapa yang tengah menulis skripsi, sesungguhnya ia tengah digembleng oleh kegelisahan sosial yang mewujud dalam rumusan masalah yang ia tuangkan dan harus ia tuntaskan sesuai bidang keilmuan yang ditekuninya itu. Ia tengah berkelebat dengan aneka konsep (teori) yang seyogyanya ia gunakan untuk melihat halaman (dunia luar) dari bilik jendela rumahnya sembari nyangkring kopi hangat.



Foto mahasiswa, dekan Fakultas Ekonomi dan Sekretaris Prodi EI UNU NTB


Berkelebat dengan Skripsi melatih jujur tidaknya kita terhadap diri kita sendiri. Iya jujur dalam menulis, jujur mengungkap data dan fakta atas sederet persoalan yang akan kita beberkan. Kejujuran itu penting.
William Shakespeare pernah bilang, "Tidak ada warisan yang sekaya kejujuran".



Foto-foto mahasiswa/i setelah sidang skripsi



Bukan perkara enteng

Tak mudah menulis skripsi. Ia membutuhkan ketekunan dan kerja keras. Tak hanya tenaga yang dikorbankan. Tetapi juga materi.


Bagi saya, ada hubungan filosofis antara 'SKRIPSI' dan 'CINTA'.


Pertama, perjuangan dan dedikasi. Tak ubahnya perjuangan untuk orang yang kita cinta, proses pengerjaan skripsi juga demikian. Ia memerlukan dedikasi, dan sabar (berjuang) menikmati proses. Ini bukan perkara gampang.  Singkat kata, 'cinta' dan 'skripsi' memerlukan komitmen yang kuat. Siap berhadapan kerikil tajam setiap menapaki jalan.


Kedua, Pencarian kebenaran. Skripsi bisa dikata pencarian kebenaran ilmiah. Sedangkan cinta pencarian kebenaran emosional. Dua-duanya memerlukan kesediaan untuk memahami dan mengeksplorasi sesuatu yang lebih dalam.

Ketiga, mindset. Saya yakin, perjuangan menulis skripsi bisa mengubah cara berpikir dan perspektif seseorang. Cinta pun begitu. Yang sedang dimabuk cinta,  seketika memiliki perubahan sikap. Lantaran itu, dua sejoli pun apapun  mesti diperjuangkan, dilakukan.

 "Everything I do/I do it for you," kata Bryan Adams dalam tembangnya bertajuk "Everything I Do".
Kira-kira makna lirik lagu itu kurang lebih begini : Segala hal yang aku lakukan/Aku melakukannya untuk kamu. Inilah makna perubahan sikap itu.


Keempat, konsekuensi. Baik skripsi maupun cinta memiliki unsur ketidakpastian dan risiko. Keduanya memerlukan kesediaan untuk siap-siap konsekuensi apapun itu.


Kelima, keikhlasan, pengorbanan. Pengerjaan skripsi memerlukan pengorbanan waktu dan tenaga, seperti halnya dua sejoli menghendaki keduanya untuk mau berkorban dan ikhlas.


Karena 'cinta' dan 'skripsi' berjalan di atas proses pencarian, maka ketika keduanya bergerak dari satu titik ke titik lainnya seakan menghadirkan rasa puas. Saya teringat kalimat menarik dari penyair Amerika berkebangsaan Belanda bernama Walt Whitman. Whitman (1819-1892) mengatakan : apa pun yang memuaskan jiwa adalah kebenaran.



Nulis skripsi berarti berkelebat dengan aneka konsep (teori) yang seyogyanya ia gunakan untuk melihat halaman (dunia luar) dari bilik jendela rumahnya sembari nyangkring kopi hangat


Alhasil, dua hal yakni Pengerjaan skripsi, dan pencarian  mahasiswa/i sebagai jalan mencari kebenaran ilmiah (meski bukan satu-satunya). Sedang dalam cinta, insan manusia berupaya mencari sekaligus meneguhkan kebenaran emosional yang kerapkali membuat ia dimabuk cinta maka benarlah kedua-duanya. "Kebenaran bukan untuk semua orang, tetapi hanya untuk mereka yang mencarinya," demikian kata Ayn Rand--seorang novelis, filsuf kelahiran Rusia yang pernah mukim di AS itu.


Sukses selalu bagi mahasiswa-mahasiswi yang kelar dengan Skripsi. Wabil khusus mahasiswa/i Fakultas Ekonomi. Adik-adik dan teman semua telah menjadi keluarga besar UNU NTB yang luar biasa banget. Semoga ilmunya bermanfaat dan penuh berkah.


Sementara yang bagi yang merasa belum kelar, tetaplah bersabar. Terus berjuang. Tetap semangat. 


Akhirul kalam, catatan ini, kado teruntuk mahasiswa-mahasiswi Kampus peradaban bangsa UNU NTB.

Komentar