di saat diri kita bertanya tentang suatu hal, itu sudah masuk ke dalam berfilsafat
PERTEMUAN pertama. Serasa ada yang beda. Hadir nuansa baru. Puluhan anak-anak muda (mahasiswa/i) itu melototi saya. Kala itu, boleh jadi serius mendengarkan saya bicara. Ngoceh.
Di ruang kelas yang sederhana. Desis suara kipas angin yang menggantung dan menari-nari menyatukan udara. Syukurnya, kipas mengusir rasa gerah dari tubuh kami. Sialnya, saya yang tak doyan ngi-pas.
Dari rawut wajah, senyum, hingga gaya bicara, dan berpakaian. Semua itu menggambarkan sekian banyak perbedaan yang ada pada diri kami masing-masing. Ruang persegi empat berukuran tak lebih dari 3x4 meter itu : mempertemukan kami. Temu perdana.
Tentu saja saya bahagia bertemu mereka. Ada sahabat baru. Nambah teman untuk sharing, berbagi ikhwal banyak hal. Seraut wajah mereka seperti tunas baru deretan batang pohon yang tubuh subur. Bola mata mereka yang tajam, seakan siap menepis pesimisme masa depan yang entah jadi apa nantinya? Saya menyimpulkan : mereka semangat belajar, menuntut ilmu. Yang penting menikmati proses kuliah dulu, pikir saya dalam hati.
Melihat mereka, saya ingat beberapa tahun silam. Wah, ternyata hidup sebuah proses pengulangan saja. Saya, pernah seperti mereka. Sedang semangat-semangatnya memperoleh hal baru dari proses kuliah. Empat tahun. Bisa jadi lebih. Lama juga ya, bisikku.
Kami duduk bareng di kelas. Bedanya, saya sendiri di depan. Hmm..saat itu saya jadi pusat perhatian, pokoknya. Hah ! Ini biasa. Resiko jadi pendidik itu kan begitu. Jadi pusat perhatian audien saat di kelas. Di kelas lho....kalau di luar tentu tidak. Karena bukan forum saya.
Apa yang kami perbincangkan?
Saya membuka percakapan itu dengan mengenalkan makna filsafat kepada mereka. Tentang Filsafat yang saya sampaikan langsung to the point, tanpa membuka laptop apalagi slide materi. Tentu di awal saya me ledek-ledek mereka dengan berbagai pertanyaan. Guyonan. Juga selipan motivasi. Intinya saling menyemangati.
Yah,...saya to the point.
Ketika saya memulai dengan melontarkan kalimat : apa yang anda tahu tentang filsafat? mereka semua terdiam. Sorot mata mereka tajam ke depan. Tapi mulut serasa dibungkam. Kaku. Tak ada suara. Hanya bisik-bisik kecil yang tak mampu saya maknai.
Sekian menit terdiam, syukurnya ada yang angkat tangan. "Filsafat itu pokoknya seseorang berpikir pak," katanya. Selepas itu, satu hingga dua tangan diangkat. Kata mereka, berfikir mencari solusi. Sebagiannya lagi bilang, filsafat itu aneh. Filsafat itu bicara di luar nalar, sambungnya lagi.
Saya membenarkan semua yang dikatakan mereka. Ketika mereka berkata, mereka kan berfikir. Sebelum berfikir, mereka kan merespon apa yang saya minta. Yang saya minta : apa pendapat dan pikiran mereka tentang filsafat?
Itu tindakan sederhana bahwa seseorang berfilsafat. Orang berfikir, artinya berfilsafat. Filsafat menghendaki seseorang untuk merespon gejala di sekitarnya. Lalu menyikapi apa gejala disekitar itu. Filsafat itu, mendrong orang untuk menjawab apa yang menggiringnya pada kegelisahan. Kegelisahan yang yang menjadi ujung persoalan untuk ia jawab. Apa yang saya katakan itu, selaras dengan yang dilontarkan Bertrand Russel (1872 - 1970). Kata Filsuf Russel, Filsafat tak lebih dari usaha menjawab pertanyaan. Sinyalemen Filsuf....seolah menegaskan bahwa apa yang membuat kita bertanya-tanya itu harus bisa terjawab. Manakala apa yang kita tanyakan itu terjawab itulah puncak pengetahuan. Sedang jika ada yang punya jawaban terhadap pertanyaan yang sama dengan apa yang kita tanyakan, sementara jawaban yang didapatkan itu lebih dari yang diperoleh sebelumnya, itu pulalah pengetahuan.
Kok sederhana sekali? Filsafat akan sedikit rigid, kompleks, ketika ia disandingkan dengan pembicaraan tentang disiplin sebuah ilmu. Ketika tergeser ke ranah itu, filsafat sudah mulai terlihat ribet, susah dipahami. Sebab sudah bicara objek material, objek formal dan yang lain-lain.
Kembali lagi tentang mudahnya belajar filsafat pada level-level praktis dalam hidup keseharian kita. Dalam konteks ini, saya ingin menyimpulkan mudahnya berfilsafat. Misalnya begini : di saat diri kita bertanya tentang suatu hal, itu sudah masuk ke dalam bagian berfilsafat. Van Peursen (1920 - 1996) seorang filsuf dari Belanda mengungkapkan: filsafat sebagai seni untuk bertanya.
Pendek kata, kalau belajar filsafat, seseorang didorong untuk menemukan jawaban atas pertanyaan yang kita buat sendiri. Berfilsafat tak hanya terbatas pada skill yang diperoleh. Filsafat bukan anker seperti banyak digambarkan. Malah, filsafat itu membuat kita berpikir terbuka. Yah, open minded. Kira-kira begitu.
Batulayar, 2025

Komentar
Posting Komentar