Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2023

Hidup untuk (Menanam) Kebaikan

Menanam Kebaikan, Ilustrasi : blogger Kematian itu selalu menghadapkan manusia pada situasi batas. Di mana ia tidak tahu kapan itu datang, sehingga mendesakkan diri manusia untuk selalu berbuat baik. Ya, berbuat kebaikan tanpa memegahkan diri meski sedang menikmati hasil dari sebuah prestasi yang sudah diperjuangkan ____________________________________ MANGGA madu yang tumbuh di halaman rumah pekarangan orang tua saya ini, seingat saya ditanam tahun 2002. Setahun setelah rumah yang kini saya tempati itu dibangun. Saya masih inget bagaimana susah payah ngerawatnya. Mulai dari menyirami, menjaga agar daunnya tak habis diserbu kambing tetangga, dan dicabik-cabik bocah-bocah usil yang begitu bahagia menikmati masa kecilnya. Wajar. Mereka adalah bocah yang gak jauh beda 'nakalnya' dengan saya, saat kecil dulu. Selain itu, maklum kala itu rumah rumah belum ditembok. Melainkan, dipagari sembarang pohon yang tumbuh bebas. Kini, pohon mangga dengan tinggi sekitar 8 s/d

Uang Rokok, Koran dan Budaya Baca

(FOTO LAWAS : saat koran dan majalah belum didominasi media online (daring) ________________________ Sayang beribu sayang, budaya baca kita masih rendah. Bagaimana mau nulis, kalau membaca saja malas. __________________________ MESKI sebaran informasi sesak oleh system digital, budaya baca (cetak) tak boleh hilang. Bagi saya, membaca sesuatu yang (cetak) lebih nikmat, nyaman. Selain juga aman untuk kesehatan mata. Khusus untuk media cetak, beberapa tahun silam, saya, tiap dua kali bahkan juga tiga kali dalam sepekan tetap mempertahankan membaca koran. Tapi sejak 2020 sampai saat ini, kebiasaan itu perlahan-lahan pudar. Saat itu, koran koran seperti Jawa Pos, Suara NTB dan Lombok Post, juga Kompas, jadi pilihan bacaan yang paling mudah saya peroleh. Saya rela, bahkan tak pernah berfikir panjang menyisihkan uang rokok hanya untuk membeli koran Kompas, Jawa Post dan lainnya. Jika tak ada untuk beli, saya numpang baca di beberapa tempat yang jadi langganan. Ker

Tak Semua Orang Selalu Nyerah pada Keadaan

Penulis saat foto bareng Ahmad ghazali Tahir, salah satu mahasiswa Pendidikan Sosiologi UNU NTB Agar bisa sukses, badan harus tegak seperti sebatang pohon yang siap dihantam badai. Juga bebatuan yang siap dihantam ombak dan gelombang setiap saat TAK semua kita yang hidup berkekurangan, hidup serba pas-pas(an) menyerah begitu saja pada keadaan. Apalagi untuk urusan berjuang menuntut ilmu. Malah sebaliknya, seorang harus peras keringat, banting tulang, bekerja keras. Semangat mesti bak kobaran api 'menyala'. Nyalinya tak boleh ciut, seperti kebanyakan lelaki yang sok anak mami. Badan harus tegak seperti sebatang pohon yang siap dihantam badai. Juga bebatuan yang siap dihantam ombak dan gelombang setiap saat. Tentu saja, agar sukses menuntut ilmu. Ahmad ghazali Tahir, pria asal Gerung misalnya. Saya jumpa mahasiswa ini, saat duduk santai menikmati sore, depan kampus UNU. Sst...sst, udara dingin sore itu menyapa kami. foto : foto bareng Ali, demikian ia disa

Saya Nulis

foto : berugak tengah sawah Dusun Kapu, desa Sama Guna KLU Dengan menulis, kita bisa mengabadikan setiap peristiwa. Dengan nulis, kita bisa berbagi cerita dan inspirasi. Juga bisa berbagi motivasi dan semangat pada orang lain DULU , sewaktu duduk di sekolah Aliyah, saya selalu heran ngeliat temen doyan nulis. Pokoknya nulis,..nulis tentang sesuatu : perasaan yg dialami, situasi yang dihadepi, bahagia yang dirasakan dan lain-lainnya. Seorang kawan yang dulu sering nginap di rumah demikian juga. Sebelum tidur, ia selalu meluangkan waktu barang sejenak untuk nulis. "Kok nulis. Apa yang ditulisnya ya?," pikirku heran. Ah, paling dia nulis tentang apa yang dia alami, dia rasakan, pikirku. Melihat itu, kadang saya manggut-manggut. "Kayak orang gak ada kerjaan aja. Cengeng. Sebentar-bentar curhat di buku," gumamku. Saya yang waktu sekolah di MAN 1, lebih sering nongkrong begitu bel istirahat berbunyi, tak pernah mikir utk melakukan aktivitas  'menulis&#