Langsung ke konten utama

Saya Nulis



foto : berugak tengah sawah Dusun Kapu, desa Sama Guna KLU



Dengan menulis, kita bisa mengabadikan setiap peristiwa. Dengan nulis, kita bisa berbagi cerita dan inspirasi. Juga bisa berbagi motivasi dan semangat pada orang lain


DULU, sewaktu duduk di sekolah Aliyah, saya selalu heran ngeliat temen doyan nulis. Pokoknya nulis,..nulis tentang sesuatu : perasaan yg dialami, situasi yang dihadepi, bahagia yang dirasakan dan lain-lainnya.

Seorang kawan yang dulu sering nginap di rumah demikian juga. Sebelum tidur, ia selalu meluangkan waktu barang sejenak untuk nulis. "Kok nulis. Apa yang ditulisnya ya?," pikirku heran.


Ah, paling dia nulis tentang apa yang dia alami, dia rasakan, pikirku. Melihat itu, kadang saya manggut-manggut. "Kayak orang gak ada kerjaan aja. Cengeng. Sebentar-bentar curhat di buku," gumamku.


Saya yang waktu sekolah di MAN 1, lebih sering nongkrong begitu bel istirahat berbunyi, tak pernah mikir utk melakukan aktivitas  'menulis' yang sangat penting itu. Saya tentu prihatin pada diri saya pribadi. Ah ! 


Namun demikian, belakangan, baru sy merasakan manfaat menulis. Menulis selalu bikin kita menikmati hari-hari dalam hidup kita terasa bermanfaat, berharga.  Menulis membuat kita lebih gampang dalam urusan pekerjaan, entah jadi guru, dosen, politisi, pedagang dan profesi-profesi yang lain. Menulis membuat kita punya citra sendiri dibanding yang gak nulis. Dengan menulis, kita bisa mengabadikan setiap peristiwa. Memang, aktivitas menulis tak menjamin kita hidup bergelimang harta tetapi dengan menulis kita merasa kaya, kaya kata-kata, kaya ide dan gagasan. Kekayaan gak mesti uang, bukan? Meski, tidak dimungkiri juga, banyak penulis yang sukses, punya segalanya.


Dengan menulis, kita bisa berbagi cerita dan inspirasi. Dengan menulis, kita bisa berbagi motivasi dan semangat pada orang lain.


Melalui aktivitas menulis dakwah lebih enjoy. Juga menyenangkan. Lewat tulisan kita bisa berbagi kebaikan. Dengan menulis,  semangat belajar dapat dipelihara. Lebih penting lagi, menulis sebagai ekspresi rasa syukur kita kepada Allah, sebab, Tuhan menganugerahkan kepada kita pikiran dan perasaan. Kedua anegerah ini, harus bener-bener dimaksimalkan. Dan itu melalui cara yang sangat sederhana, yaitu menulis.


Di jaman sekarang, ruang untuk menulis terbuka lebar. Kita bisa memanfaatkan media sosial secara maksimal. Ketimbang, scroll postingan-postingan saja, sebaiknya, akan lebih bagus, mengasah kemampuan untuk merunutkan ide dan gagasan dalam sebuah tulisan. Memelihara semangat belajar, untuk orang seperti saya, yang sulit nyerap ilmu dengan cepat sepertinya cukup ampuh melalui aktivitas menulis. Bener apa yang diungkapkan sayyidina Ali bin Abi Talib: ikatlah ilmu dengan tulisan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

salon motor dan Bayang-bayang semu

saat service motor SAYA hanya bisa geleng2 melihat begitu lihai kiri-kanan tangan Hadi--si tukang salon motor, saat mendandani tunggangan sy tadi pagi. Saya singgah ke tempat itu, selepas mengantar anak sekolah. Sehari-hari, Hadi, menghabiskan waktu menyaloni puluhan motor, mobil, aneka merek. Halaman teras rumahnya, ia jadikan tempat berkreativitas. Tak heran, dia tak perlu buru2 dikejar waktu hanya utk berangkat ngantor. Rumah mungil dan sederhana itulah yg ia jadikan tempat mendulang pundi-pundi rupiah. Yg unik bagi saya, Hadi, tidak butuh atribut seperti plank nama untuk promosi tempat kerjanya seperti kita lihat kebanyakan tempat di sektor bisnis (barang-jasa). Dia menggeser simbol2 promosi yg kerap kamuflase, itu dg bukti konkrit (hasil kerja) dan trust dari ratusan pelanggan.  "Saya gak pasang plank saja, insya Allah banyak pelanggan yg datang. Bahkan sy kewalahan. Apalagi salon motor ini, saya bikinin plank," kata  pria yang alumnus salah satu pesantren di

KELUYURAN ; Ajang Menikmati Waktu Senggang

foto : desa wisata Sade KELUYURAN sekiter sini-sini saja selalu bikin saya terkesima. Terkesima dg keunikan budaya, kebiasaan, panorama alam dan yang lain-lain. Apalagi bisa ke banyak tempat nun jauh di sono. Seneng keluyuran, membuat saya bermimpi mengunjungi banyak tempat. Tapi sayang keterbatasan itu kadang membuat langkah sedikit tersendat. Apalagi jika keluyuran ke sana kemari butuh transport, modal, kesiapan dan tetek bengek lainnya. Karenanya, dalam diam, keinginan-keinginan itu terpaksa harus dikubur.  Saat senggang, beberapa waktu lalu, saya nyoba keliling bareng si sulung. Saya awali dari ngajak dia ke museum. Di museum, ia terkaget-kaget melototin barang2 dan aneka macem yg menurut dia aneh. "Kok buku di kerangkeng. Kok ada buaya buatan di kurung dalam kaca," katanya.  "Kok ada foto, kok ada ini itu, di dalam kaca," sambungnya lagi penasaran.  Selepas dari museum, sy ajak lagi ke Sade. Penasarannya kambuh lagi. Kok atap rumah di sini beda ya,

Tembang (HUJAN MALAM MINGGU) dan Pentingnya Sikap REALISTIS

fhoto by : orliniza SAYA gak pernah kepikiran untuk ngopi dengan Capucino (sachetan), karena terbiasa ngopi Hitam. Saya pun gak pernah kepikiran untuk membaca buku berjudul, "Kata adalah Senjata" malam ini. Satu buku lama yg pernah saya beli secara online. Yang ada dalam pikiran saya, sejak dua bahkan tiga hari yang lalu : memenuhi janji bertamu ke rumah seseorang. Tapi apa yang terjadi? Hingga malam ketiga, janji itu tak bisa saya tunaikan. Padahal sedari awal saya siapkan. Justru sebaliknya, saya malah kejebak baca buku, ngopi sembari menikmati hujan malam minggu. Begitulah. Tak semua yg kita pikirkan, rencanakan, bisa terwujud. Justru yang tak terbersit di kepala sama sekali--malah itu yang terjadi ; itu yang kita lakukan. Itu yang kita peroleh. Dari sini, kita bisa mengambil hikmah, bahwa hidup harus kita jalani secara realistis. Hidup itu gak perlu neka-neko. Hidup gak penting membutuhkan seseorang banyak drama, apalagi pencitraan. Hiduplah seadanya, se