Langsung ke konten utama

IKHLAS DAN SABAR DALAM PENANTIAN.....?


ilustrasi : saat nganggur di pangkalan ojek rembige bersama kakek tua dan para Ojol


Berbagai fenomena dalam hidup kita seringkali membuat kita selalu tak sabaran. Seseorang ingin cepat-cepat meraih apa yang dia mau, tanpa mau bersabar


SALAH satu kerjaan yang membosankan itu menurut hampir banyak orang iya menunggu. Saya, anda, pasti pernah punya pengalaman menunggu seseorang, entah menyangkut suatu bisnis, kerjaan, tugas, atau yang beragam keperluan yang lain. 

Bagi saya, menunggu itu: kita menanti seseorang. Kita sedang mengharap sesuatu dari orang yang kita harapkan hadir dan berada dihadapan kita. 

Menunggu itu identik bahwa kita yang perlu sesuatu atas apa dan orang yang sedang kita tunggguin itu. 


Malam ini, saya menunggu. Otomatis saya sedang perlu sesuatu, mengharap apa yang saya tunggu segera jatuh ke pangkuan atau di hadapan saya.

Meski menunggu itu sesuatu yang bisa bikin bosan, tetapi bukan berarti tidak ada hikmah dan manfaat. Dari pekerjaan menunggu kita bisa belajar bahwa hidup ini adalah proses menunggu. Hidup ini adalah sebuah antrean panjang, penantian, menunggu giliran kapan tiba. 

Menunggu hasil setelah bekerja. Menunggu sukses setelah berusaha dan berikhtiar. Menunggu sehat pasca berobat. Menunggu kapan nikah setelah lama pacaran:  menjalin asmara. Bagi yang belum berumah tangga. 

Menunggu kapan barang dagangan dibeli orang setelah berkali-kali promosi. Menunggu kapan kita dilayani. Menunggu kapan naik jabatan setelah segala cara melobi dilakukan. Begitu seterusnya, menunggu dan seabrek istilah dan makna 'menunggu' itu.

Alhasil, anda, saya, siapa saja yang sedang menunggu, nikmatilah. Sabarlah. Insya Allah kalau sesuatu yang kita kerjakan, jika niat dan pekerjaan itu baik, hasilnya, insya Allah pasti bisa bikin anda tersenyum dan bahagia.

Tapi kenyataan kadang berbicara lain, sebagai manusia, kita sering tak sabar. Manusia selalu ingin cepat-cepat menuai hasil. Ingin cepat-cepat menjadi   orang kaya, ingin cepat-cepat memperoleh apa yg diusahakannya. Pendek kata, selalu tak sabar meraih apa yang hendak diinginkannya.

Tetapi apapun itu, semoga kita terbiasa melatih diri agar sabar dan ikhlas.

Saya pikir itu.

Masihkah kita ingat pesan Allah berikut, "jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir".

Semoga Allah meridhai kita.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

salon motor dan Bayang-bayang semu

saat service motor SAYA hanya bisa geleng2 melihat begitu lihai kiri-kanan tangan Hadi--si tukang salon motor, saat mendandani tunggangan sy tadi pagi. Saya singgah ke tempat itu, selepas mengantar anak sekolah. Sehari-hari, Hadi, menghabiskan waktu menyaloni puluhan motor, mobil, aneka merek. Halaman teras rumahnya, ia jadikan tempat berkreativitas. Tak heran, dia tak perlu buru2 dikejar waktu hanya utk berangkat ngantor. Rumah mungil dan sederhana itulah yg ia jadikan tempat mendulang pundi-pundi rupiah. Yg unik bagi saya, Hadi, tidak butuh atribut seperti plank nama untuk promosi tempat kerjanya seperti kita lihat kebanyakan tempat di sektor bisnis (barang-jasa). Dia menggeser simbol2 promosi yg kerap kamuflase, itu dg bukti konkrit (hasil kerja) dan trust dari ratusan pelanggan.  "Saya gak pasang plank saja, insya Allah banyak pelanggan yg datang. Bahkan sy kewalahan. Apalagi salon motor ini, saya bikinin plank," kata  pria yang alumnus salah satu pesantren di

KELUYURAN ; Ajang Menikmati Waktu Senggang

foto : desa wisata Sade KELUYURAN sekiter sini-sini saja selalu bikin saya terkesima. Terkesima dg keunikan budaya, kebiasaan, panorama alam dan yang lain-lain. Apalagi bisa ke banyak tempat nun jauh di sono. Seneng keluyuran, membuat saya bermimpi mengunjungi banyak tempat. Tapi sayang keterbatasan itu kadang membuat langkah sedikit tersendat. Apalagi jika keluyuran ke sana kemari butuh transport, modal, kesiapan dan tetek bengek lainnya. Karenanya, dalam diam, keinginan-keinginan itu terpaksa harus dikubur.  Saat senggang, beberapa waktu lalu, saya nyoba keliling bareng si sulung. Saya awali dari ngajak dia ke museum. Di museum, ia terkaget-kaget melototin barang2 dan aneka macem yg menurut dia aneh. "Kok buku di kerangkeng. Kok ada buaya buatan di kurung dalam kaca," katanya.  "Kok ada foto, kok ada ini itu, di dalam kaca," sambungnya lagi penasaran.  Selepas dari museum, sy ajak lagi ke Sade. Penasarannya kambuh lagi. Kok atap rumah di sini beda ya,

Tembang (HUJAN MALAM MINGGU) dan Pentingnya Sikap REALISTIS

fhoto by : orliniza SAYA gak pernah kepikiran untuk ngopi dengan Capucino (sachetan), karena terbiasa ngopi Hitam. Saya pun gak pernah kepikiran untuk membaca buku berjudul, "Kata adalah Senjata" malam ini. Satu buku lama yg pernah saya beli secara online. Yang ada dalam pikiran saya, sejak dua bahkan tiga hari yang lalu : memenuhi janji bertamu ke rumah seseorang. Tapi apa yang terjadi? Hingga malam ketiga, janji itu tak bisa saya tunaikan. Padahal sedari awal saya siapkan. Justru sebaliknya, saya malah kejebak baca buku, ngopi sembari menikmati hujan malam minggu. Begitulah. Tak semua yg kita pikirkan, rencanakan, bisa terwujud. Justru yang tak terbersit di kepala sama sekali--malah itu yang terjadi ; itu yang kita lakukan. Itu yang kita peroleh. Dari sini, kita bisa mengambil hikmah, bahwa hidup harus kita jalani secara realistis. Hidup itu gak perlu neka-neko. Hidup gak penting membutuhkan seseorang banyak drama, apalagi pencitraan. Hiduplah seadanya, se