Langsung ke konten utama

Jodoh Pulitik


ilustrasi : kondidat sementara cabup -cawabup pilkada Lobar


FARIN udah ketemu jodoh. Laz, juga udah. Tinggal Bu ketua dewan Nurhidayah. 

Bu dayah, harus dapet jodoh, biar pilkada Lobar seru. Kalo jodohan sama putra Bupati Lobar Sumiatun kayaknya pas deh. Pilkada jadi 3 pasangan. Saya sich kurang tahu, putra bu wabup yang mana. Apa putra pertama atau kedua?

Yang menarik, untuk Pilkada kali ini, mantan2 bupati akan jadi modal peraup suara andalan. Zaini Arony akan mati-matian kampanyein putranya. Pauzan Khalid mati-matian kampanyein istrinya. Pasangan ini, tak lebih kampanye anak dan istri. 

Pasangan Laz, juga gak jauh beda. LAZ ada hubungan keluarga dari adik yang memang telah menjadi bagian dari trah Nurul Hakim (Kediri). 

Bagaimana dengan Nurhidayah. Apa ia siap berjodoh dengan trah keluarga datu Sekotong? Kita tunggu saja.

Kalau gak siap, Nurhidayah harus cari jodoh dari sosok (tokoh) yang mampu menarik perhatian masyarakat Lobar. Bisa dari tokoh agama, akademisi, atau mungkin tokoh LSM atau juga pengusaha. Pilihan ini saya kira tepat, sebab saya yakin stock calon pemimpin Lobar itu banyak. Tinggal komunikasi saja. Tinggal ngatur strategi. Gak usah galau dulu bu ketua dewan.... 

Kondidat yang lain juga galau kok.

Mana ya, pasangan kondidat yang kira2 tepat untuk kita pilih?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

salon motor dan Bayang-bayang semu

saat service motor SAYA hanya bisa geleng2 melihat begitu lihai kiri-kanan tangan Hadi--si tukang salon motor, saat mendandani tunggangan sy tadi pagi. Saya singgah ke tempat itu, selepas mengantar anak sekolah. Sehari-hari, Hadi, menghabiskan waktu menyaloni puluhan motor, mobil, aneka merek. Halaman teras rumahnya, ia jadikan tempat berkreativitas. Tak heran, dia tak perlu buru2 dikejar waktu hanya utk berangkat ngantor. Rumah mungil dan sederhana itulah yg ia jadikan tempat mendulang pundi-pundi rupiah. Yg unik bagi saya, Hadi, tidak butuh atribut seperti plank nama untuk promosi tempat kerjanya seperti kita lihat kebanyakan tempat di sektor bisnis (barang-jasa). Dia menggeser simbol2 promosi yg kerap kamuflase, itu dg bukti konkrit (hasil kerja) dan trust dari ratusan pelanggan.  "Saya gak pasang plank saja, insya Allah banyak pelanggan yg datang. Bahkan sy kewalahan. Apalagi salon motor ini, saya bikinin plank," kata  pria yang alumnus salah satu pesantren di

KELUYURAN ; Ajang Menikmati Waktu Senggang

foto : desa wisata Sade KELUYURAN sekiter sini-sini saja selalu bikin saya terkesima. Terkesima dg keunikan budaya, kebiasaan, panorama alam dan yang lain-lain. Apalagi bisa ke banyak tempat nun jauh di sono. Seneng keluyuran, membuat saya bermimpi mengunjungi banyak tempat. Tapi sayang keterbatasan itu kadang membuat langkah sedikit tersendat. Apalagi jika keluyuran ke sana kemari butuh transport, modal, kesiapan dan tetek bengek lainnya. Karenanya, dalam diam, keinginan-keinginan itu terpaksa harus dikubur.  Saat senggang, beberapa waktu lalu, saya nyoba keliling bareng si sulung. Saya awali dari ngajak dia ke museum. Di museum, ia terkaget-kaget melototin barang2 dan aneka macem yg menurut dia aneh. "Kok buku di kerangkeng. Kok ada buaya buatan di kurung dalam kaca," katanya.  "Kok ada foto, kok ada ini itu, di dalam kaca," sambungnya lagi penasaran.  Selepas dari museum, sy ajak lagi ke Sade. Penasarannya kambuh lagi. Kok atap rumah di sini beda ya,

Tembang (HUJAN MALAM MINGGU) dan Pentingnya Sikap REALISTIS

fhoto by : orliniza SAYA gak pernah kepikiran untuk ngopi dengan Capucino (sachetan), karena terbiasa ngopi Hitam. Saya pun gak pernah kepikiran untuk membaca buku berjudul, "Kata adalah Senjata" malam ini. Satu buku lama yg pernah saya beli secara online. Yang ada dalam pikiran saya, sejak dua bahkan tiga hari yang lalu : memenuhi janji bertamu ke rumah seseorang. Tapi apa yang terjadi? Hingga malam ketiga, janji itu tak bisa saya tunaikan. Padahal sedari awal saya siapkan. Justru sebaliknya, saya malah kejebak baca buku, ngopi sembari menikmati hujan malam minggu. Begitulah. Tak semua yg kita pikirkan, rencanakan, bisa terwujud. Justru yang tak terbersit di kepala sama sekali--malah itu yang terjadi ; itu yang kita lakukan. Itu yang kita peroleh. Dari sini, kita bisa mengambil hikmah, bahwa hidup harus kita jalani secara realistis. Hidup itu gak perlu neka-neko. Hidup gak penting membutuhkan seseorang banyak drama, apalagi pencitraan. Hiduplah seadanya, se