ilustrasi, blogger
Kenikmatan abadi itu, bisa diraih apabila kita melandasi seluruh perbuatan untuk memperoleh sesuatu itu atas dasar nilai-nilai agama yang kita dekap intim dalam hidup dan kehidupan kita.
Sejak beberapa hari, saya kehilangan nikmat 'merokok'. Jangankan untuk merokok, sekedar lihat sebatang rokok saja, kepala pusing dan nyut-nyut. Penyebabnya, karena sakit.
Sejak demam hebat saya alami mulai beberapa waktu lalu, kondisi tubuh masih terasa lemas.
Sejak itu, hampir tak ada yang terasa enak di bibir. Mulai dari air putih, nasi, dan yang lainnya. Yang sama sekali tidak berubah rasanya itu hanya bubur beras original. Iya, bubur itu saja yang masih terasa enak di mulut. Itu pun tetap saja, terasa ada yang hilang, ada yang tidak sempurna karena kondisi kesehatan.
Untuk bubur itu, untungnya masih ada penjual bubur beras di kampung sebelah. Penjual bubur itu sudah ada sejak saya masih kecil.
Kalau sakit, hampir semua makanan tak ada yang menggiurkan. Yang ada di pikiran kita adalah sehat.
Karena itu, bersyukurlah, setiap kita yang masih diberikan kesehatan.
Sehat itu sesuatu yang berharga. Anda bisa bayangkan, ketika sakit, banyak mimpi-mimpi yang tertunda. Banyak hal yang tak bisa kits perbuat. Karena itu ketika sehat, manfaatkanlah dengan sebaik-baiknya.
Kenikmatan itu sementara
Segala sesuatu yang kita nikmati di dunia ini bersifat sementara. Sesuatu apapun yang kita senangi tak ada yang abadi. Paling-paling seminggu, atau dua mingggu. Atau paling tidak sebulan atau hanya beberapa bulan saja, apa yang kita nikmati, inginkan, setelah itu, dengan cepat berubah, beralih ke sesuatu yang lain, yang kita inginkan lagi.
Benarlah, seperti syair yang dilantunkan oleh grup nasyid Hijjaz :
Begitu indah dunia
Siapapun kan tergoda
Harta, pangkat, dan wanita
Melemahkan jiwa
Tanpa iman dalam hati
Kita kan di kuasai
Syetan nafsu dalam diri
Musuh yang tersembunyi
Dunia begitu mempesona, menyihir mata, telinga, bahkan hati dan jiwa. Godaan harta, jabatan, juga rasa cinta, dapat menjatuhkan kita ke dalam jurang kebinasaan. Banyak yang mengejar harta, sampai lupa kepada Sang Pencipta. Tak sedikit yang mengejar jabatan, akhirnya masuk dalam perangkap setan. Dan, sudah tak terhitung, berapa jumlahnya orang yang binasa lantaran cinta yang berlebih terhadap manusia.
Pahamilah, dunia yang kita tinggali ini hanyalah tempat sementara. Kita hanya diberikan waktu sesaat. Dunia yang kita tempati ini, tak ubahnya tempat bercocok tanam. Kelak, kita sendiri yang akan menuai hasilnya. Untuk itu, mari perbaiki dan perbanyaklah amal kebajikkan. Semoga, kelak di hari akhir, kita termasuk orang yang beruntung.
Bagaimana merengkuh kenikmatan yang abadi? Kenikmatan abadi itu, bisa diraih apabila kita melandasi seluruh perbuatan untuk memperoleh sesuatu itu atas dasar nilai-nilai agama yang kita dekap intim dalam hidup dan kehidupan kita.
Nilai itu, antara lain, ya nilai kejujuran, keadilan, keberkahan, dan keseimbangan. Juga nilai-nilai ajaran agama untuk manusia dan kemanusiaan, untuk kesemestaan atau nilai-nilai yang sifatnya universal. barangkali itu.
Semoga kita tetap dalam lindungan sang pencipta: Allah.
#pengingatuntukpenulissendiri
Komentar
Posting Komentar