ilmu itu cahaya bagi manusia. Susah dalam menuntut ilmu itu adalah suatu hal yang lumrah. Tetapi justru di situlah terselip sesuatu yang berharga
MEMBINCANG teori melulu, kadang bikin bosen. Bahkan orang sudah jenuh. Terlebih saat ini, di tengah perkembangan IPTEK, media belajar sudah melimpah ruah--karena itu, mendorong teman belajar, mahasiswa untuk--setidaknya terlibat secara langsung dalam aktivitas-bisnis secara nyata di luaran sana--dengan segudang problem yang mengitarinya jauh lebih membuahkan pengalaman berharga. Dan sy pikir, ini adalah implementasi dari konsep belajar yg membebaskan (merdeka belajar).
Karena itu, pada kuliah semester ini, khususnya di dua mata kuliah yang saya ampu, yakni Pengantar Bisnis Syariah dan Studi Kelayakan Bisnis, sy agak kurang mengeksplore teori-teori melangit dengan mahasiswa. Malah, yang coba saya lakukan adalah memintanya utk terjun lagsung ke dunia usaha (bussines). Mulai dari bisnis skala kecil, syukur-syukur bisa menerabas masuk dan berdiskusi dengan para pelaku usaha yg berskala menengah dan bisnis besar. Mereka menenggelamkan diri ke dalam dunia bisnis (beragam bentuk) utk menelusuri, mengkaji seluk beluk dunia bisnis itu. Mereka secara bebas dan leluasa kongkow dan bertemu pelaku usaha yang mereka kunjungi. Mereka bisa dengan terbuka berdiskusi tentang bagaimana pelaku usaha membangun bisnis mereka. Mereka bisa mendengarkan banyak hal tentang cerita 'jatuh-bangun' merintis dunia usaha, yang tentu sekali bisa memberikan inspirasi sekaligus optimisme bahwa setiap orang bisa hidup mandiri, sukses di bidang bisnis. Yang juga bikin, enjoy adalah, mahasiswa bisa refreshing, memperluas pertemanan (network).
Setelah mereka bergulat dengan aktivitas sosial ekonomi, menyerap ide, menimba pengalaman berharga dari puluhan bahkan ratusan pelaku usaha, baru setelah itu, mereka membuat narasi-narasi argumentatif sebagai Laporan (report).
Ada dua model laporaan yang saya bebankan pada mahasiswa, yaitu :
Pertama, sy memilih bentuk laporan Nonfiksi kreatif. Model ini meliputi beragam bentuk penulisan, misalnya esai pribadi, memoar, reportase, profil, artikel naratif, dan lainnya. Dalam genre ini, si mahasiswa/i bisa menggunakan dialog, deskripsi, alur naratif, dan bahasa figuratif untuk menghidupkan cerita dan menciptakan pengalamannya terlibat dg aktivitas sosial ekonomi yg lebih emosional bagi pembaca. Setelah itu, mereka mempublikasikannya ke media online. Apa pentingnya? Oh jangan salah. Point penting dari model yang ini, yaitu : 1) mahasiswa langsung merasakan pengalaman. Pengalaman adalah sesuatu yang luar biasa. Pengalaman itu tak bisa diperoleh dengan hanya duduk diam 'berpangku tangan' ; 2) Publikasi artikel (cetak-online). Artikel yang dibuat mahasiswa bisa dibaca khalayak luas. Tidak seperti kebanyakan, yang begitu selesai, makalah yang mereka bikin sendiri ditumpuk begitu saja di bawah lemari. Bahkan mungkin mereka bakar. 3) Sebagai personal branding. Dengan artikel yg dibuat, dan telah diterbitkan di media online, mahasiswa bisa membagikannya di medsos yang mereka miliki masing-masing. Dalam konteks ini, mereka akan lebih produktif berkarya, menuangkan ide dan gagasannya ketimbang hanya men-share informasi-informasi tak jelas di jagad maya. Padahal boleh jadi informasi mereka bagikan di Medsos itu adalah informasi hoax. Lebih penting, untuk membangun citra diri (branding) mahasiswa sebagai agen of change ; 4) Small Riset. Beban tugas seperti ini, sangat berguna untuk melatih diri melakukan penelitian kecil (sederhana). Mereka yang punya cita2 menjadi Peneliti, proses ini sangat rugi dilewati. 5). Writer-prenuer. Kelak setelah kuliah, atau syukur saat masih kuliah, bisa nyambi kerja. Artinya, selain menjadi mahasiswa mereka membuka usaha secara mandiri dalam berbagai bidang (barang-jasa) termasuk pula sebagai writer-prenuer yang hari ini sangat dibutuhkan. Toh kalau malas bikin usaha, boleh juga ikutan #jualan madu, dg senang hati saya terima. hah !
Kedua. Point yang kedua ini, mahasiswa/i bikin paper (makalah). makalah yang dihasilkan itu, berangkat dari report (point ke-1) di atas. Dengan kata lain, paper yang mereka buat tidak ujuq-ujuq muncul. Jika modelnya seperti itu maka bisa dipastikan, paper yang mereka buat tidak terkesan copy-paste. Model ini juga bisa menggembleng mahasiswa untuk bersikap jujur menghasilkan sebuah karya. Lebih dari itu, mereka punya skill menulis secara akademik. Kren kan. Tapi sayangnya, tidak sedikit yang menolak dan kurang sreg dengan model seperti itu. hah ! Saya sih geleng-geleng. Tapi problem yang begini ini, biasa lah. Sepertinya, beberapa orang ini, senangnya yang instan, tak mau ribet dan menikmati proses dengan sungguh-sungguh. Saya pun hanya geleng-geleng.
Terkait Artikel, ya, artikel yg mereka buat masih jauh dari sempurna. Tapi itu tak masalah. Yang penting kan mereka menikmati proses. proses itu, satu tahapan menghasilkan sesuatu yang lebih bagus 'sempurna'. Bukankah proses itu jauh lbih baik, ketimbang tidak sama sekali?
Antara lain, berikut link tulisan2 mahasiswa/i FE UNU NTB :👇
CITA2 SUKSES :
https://prayapost.net/kalau-ingin-sukses-nikmati-proses-jangan-banyak-protes/
USAHA BUMDES :
https://sasamboinside.com/mengelola-model-usaha-sampingan/
USAHA PANGKAS RAMBUT :
https://prayapost.net/kisah-seorang-tukang-cukur-jadi-tulang-punggung-keluarga/
TAARUF KEWIRAUSAHAAN :
https://www.kompasiana.com/maryam16553/645649744addee7adb4313e2/ta-aruf-kewirausahaan-dari-seorang-wirausahawan
Artikel Surya Febriani :
https://www.sempatbaca.com/2023/05/modes-kartini-itu-apa-sih.html
CINTA PEKERJAAN :
https://prayapost.net/cintailah-pekerjaanmu-meski-tidak-membuatmu-kaya/
USAHA CILOK :
https://prayapost.net/cilok-menciptakan-peluang-usaha-yang-menguntungkan/
dan banyak lagi artikel yg mereka hasilkan. Saya bangga sama anda semua. Semoga berkah senantiasa menyertai kita semua.
Komentar
Posting Komentar