Langsung ke konten utama

Kata Tuan Guru Munajib

Ilustrasi, blogger. Foto kenangan tahun 2008


KATA TUAN GURU MUNAJIB


NKRI harga mati, NU sampai mati, Islam kita bawa mati (TGH Munajib Halid)


MINGGU (25/6) saya ikut nimbrung dalam pelantikan Pengurus Ranting Nahdlatul Ulama (PRNU) Kec Gunungsari - Batulayar.

Saya melihat, tak kurang 600 lebih pengurus ranting dari masing-masing desa di dua kecamatan ujung Gumi Patut Patuh Patju itu hadir.


Pelantikan yang dihelat di Aula Yayasan Ponpes Al-Halimy itu terlihat begitu semarak. Di Ponpes ini pula acara-acara besar NU pernah digelar, beberapa tahun silam. 

ilustrasi blogger


Apa saja yang disampaikan sang tuan guru, dihadapan ribuan jamaah yang hadir. Saya coba menulisnya. Berikut urainnya : 

Menurut Tuan Guru, betapa pentingnya aktif di NU. Sebabnya, menjadi bagian dari pengurus NU, adalah menjadi bagian dari menjaga NKRI. Kata beliau, "NKRI harga mati, NU sampai mati, Islam dibawa mati".

TGH Munajib, mendorong jamaah ber-NU. Ini wadah pengabdian, katanya.  Di samping kita sebagai hamba mengabdi kepada Allah, kita juga ngabdi pada bangsa dan agama.

Dalam mengurus NU, melakukan perkhidmatan di organisasi yang didirikan hadratus syekh Hasyim Asyari itu, para jamaah harus ikhlas. Ya Ikhlas berkhidmat, ikhlas mengabdi.

Lebih jauh, tuan guru menjelaskan, karena NU yang menjaga bangsa ini, maka kita sebagai elemen bangsa--kata Tuan guru punya kewajiban untuk memelihara bangsa. Bagaimanapun caranya kita berupaya untuk membangun dan menjaga keamanan bangsa ini dan itu bisa lewat NU. 


Mudahan pengurus NU, ikhlas melaksankan tugasnya, mengabdi, dan berkhidmat. Bukankah hidup ini, hidup yang harus betul-betul 'khidmat'. Dengan perkhidmatan ini kita sebagai bukti untuk ubudiyah. 

"Pelihara sifat ubudiyah," seru Tuan Guru. 

"NKRI harga mati, NU sampai mati, Islam kita bawa mati," tegas sang tuan guru.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

salon motor dan Bayang-bayang semu

saat service motor SAYA hanya bisa geleng2 melihat begitu lihai kiri-kanan tangan Hadi--si tukang salon motor, saat mendandani tunggangan sy tadi pagi. Saya singgah ke tempat itu, selepas mengantar anak sekolah. Sehari-hari, Hadi, menghabiskan waktu menyaloni puluhan motor, mobil, aneka merek. Halaman teras rumahnya, ia jadikan tempat berkreativitas. Tak heran, dia tak perlu buru2 dikejar waktu hanya utk berangkat ngantor. Rumah mungil dan sederhana itulah yg ia jadikan tempat mendulang pundi-pundi rupiah. Yg unik bagi saya, Hadi, tidak butuh atribut seperti plank nama untuk promosi tempat kerjanya seperti kita lihat kebanyakan tempat di sektor bisnis (barang-jasa). Dia menggeser simbol2 promosi yg kerap kamuflase, itu dg bukti konkrit (hasil kerja) dan trust dari ratusan pelanggan.  "Saya gak pasang plank saja, insya Allah banyak pelanggan yg datang. Bahkan sy kewalahan. Apalagi salon motor ini, saya bikinin plank," kata  pria yang alumnus salah satu pesantren di

KELUYURAN ; Ajang Menikmati Waktu Senggang

foto : desa wisata Sade KELUYURAN sekiter sini-sini saja selalu bikin saya terkesima. Terkesima dg keunikan budaya, kebiasaan, panorama alam dan yang lain-lain. Apalagi bisa ke banyak tempat nun jauh di sono. Seneng keluyuran, membuat saya bermimpi mengunjungi banyak tempat. Tapi sayang keterbatasan itu kadang membuat langkah sedikit tersendat. Apalagi jika keluyuran ke sana kemari butuh transport, modal, kesiapan dan tetek bengek lainnya. Karenanya, dalam diam, keinginan-keinginan itu terpaksa harus dikubur.  Saat senggang, beberapa waktu lalu, saya nyoba keliling bareng si sulung. Saya awali dari ngajak dia ke museum. Di museum, ia terkaget-kaget melototin barang2 dan aneka macem yg menurut dia aneh. "Kok buku di kerangkeng. Kok ada buaya buatan di kurung dalam kaca," katanya.  "Kok ada foto, kok ada ini itu, di dalam kaca," sambungnya lagi penasaran.  Selepas dari museum, sy ajak lagi ke Sade. Penasarannya kambuh lagi. Kok atap rumah di sini beda ya,

Tembang (HUJAN MALAM MINGGU) dan Pentingnya Sikap REALISTIS

fhoto by : orliniza SAYA gak pernah kepikiran untuk ngopi dengan Capucino (sachetan), karena terbiasa ngopi Hitam. Saya pun gak pernah kepikiran untuk membaca buku berjudul, "Kata adalah Senjata" malam ini. Satu buku lama yg pernah saya beli secara online. Yang ada dalam pikiran saya, sejak dua bahkan tiga hari yang lalu : memenuhi janji bertamu ke rumah seseorang. Tapi apa yang terjadi? Hingga malam ketiga, janji itu tak bisa saya tunaikan. Padahal sedari awal saya siapkan. Justru sebaliknya, saya malah kejebak baca buku, ngopi sembari menikmati hujan malam minggu. Begitulah. Tak semua yg kita pikirkan, rencanakan, bisa terwujud. Justru yang tak terbersit di kepala sama sekali--malah itu yang terjadi ; itu yang kita lakukan. Itu yang kita peroleh. Dari sini, kita bisa mengambil hikmah, bahwa hidup harus kita jalani secara realistis. Hidup itu gak perlu neka-neko. Hidup gak penting membutuhkan seseorang banyak drama, apalagi pencitraan. Hiduplah seadanya, se