Langsung ke konten utama

Jaman Edan Dunia Digital

 ilustrasi, blogger



Dunia bener-bener edan. Segala sesuatu, begitu mudahnya kita peroleh dan kita perlakukan se-enak kita

 

 

Dunia kini memasuki babak baru, era ekonomi digital, bahkan sedang berlangsung. Keterbatasan akses sumber daya di dunia ekonomi mengungkapkan pentingnya literasi ekonomi, literasi keuangan dan perilakunya dalam mengelola keuangan, serta memadainya literasi digital untuk mencapai keberhasilan dan keluar dari jeratan paradigma dan keniscayaan di era ini.

 

Zaman telah berubah, hidup terus berkembang. Di hidup kita, sesuatu yang dulu kita amati biasa saja, telah menjelma menjadi sesuatu yang luar biasa. Bener-bener edan deh !

 

Hal-hal mengejutkan kita saksikan. Kemajuan demi kemajuan kita raih. Seiring itu, kita betul-betul merasakan manfaat dan kemudahan. Tetapi yang sulit dimungkiri juga adalah tantangan dan dampak negatif yang kita peroleh.

 

Fakta dan realitas demikian menuntut kita turut ambil bagian. Bahkan menuntut kita menjadi sesuatu yang tak terpisah. Jika menolak, setali tiga uang : kita semua tertinggal bahkan tersingkir. Jika menerima, satu keniscayaan bahwa kita adalah orang yang mesti turut berkelebat di dalamnya. Kata lainnya, kita adalah : pelaku (subject).

 

Jika direnungkan lebih jauh, sesungguhnya hidup adalah proses, sebagai sesuatu yang terus mengalir, seperti air dan berjalan secara dialektik. Oleh karena itu, hidup tidaklah statis dan selesai, karena sesuatu yang statis adalah mati, sedangkan selesai adalah hidup yang sudah berakhir (Musa Asyari, 2002:10)

Dunia kini memasuki babak baru, era ekonomi digital, bahkan sedang berlangsung.

Keterbatasan akses sumber daya di dunia ekonomi mengungkapkan pentingnya literasi

Dengan berbagai bentuknya, entah literasi ekonomi, literasi keuangan dan perilakunya dalam mengelola keuangan, serta memadainya literasi digital untuk mencapai keberhasilan dan keluar dari jeratan paradigma dan keniscayaan di era ini.

Perkembangan era digital ini merupakan suatu perkembangan yang terjadi pada masyarakat di kehidupan baru dengan adanya jaringan internet, perangkat digital, aplikasi / platform digital, media sosial, sehingga memudahkan segala aktivitas dan pekerjaan di berbagai bidang dalam kehidupan sehari-hari.

Ah, terlalu panjang untuk kita urai. Dunia bener-bener edan. Segala sesuatu, begitu mudahnya kita peroleh dan kita perlakukan se-enak kita.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

salon motor dan Bayang-bayang semu

saat service motor SAYA hanya bisa geleng2 melihat begitu lihai kiri-kanan tangan Hadi--si tukang salon motor, saat mendandani tunggangan sy tadi pagi. Saya singgah ke tempat itu, selepas mengantar anak sekolah. Sehari-hari, Hadi, menghabiskan waktu menyaloni puluhan motor, mobil, aneka merek. Halaman teras rumahnya, ia jadikan tempat berkreativitas. Tak heran, dia tak perlu buru2 dikejar waktu hanya utk berangkat ngantor. Rumah mungil dan sederhana itulah yg ia jadikan tempat mendulang pundi-pundi rupiah. Yg unik bagi saya, Hadi, tidak butuh atribut seperti plank nama untuk promosi tempat kerjanya seperti kita lihat kebanyakan tempat di sektor bisnis (barang-jasa). Dia menggeser simbol2 promosi yg kerap kamuflase, itu dg bukti konkrit (hasil kerja) dan trust dari ratusan pelanggan.  "Saya gak pasang plank saja, insya Allah banyak pelanggan yg datang. Bahkan sy kewalahan. Apalagi salon motor ini, saya bikinin plank," kata  pria yang alumnus salah satu pesantren di

KELUYURAN ; Ajang Menikmati Waktu Senggang

foto : desa wisata Sade KELUYURAN sekiter sini-sini saja selalu bikin saya terkesima. Terkesima dg keunikan budaya, kebiasaan, panorama alam dan yang lain-lain. Apalagi bisa ke banyak tempat nun jauh di sono. Seneng keluyuran, membuat saya bermimpi mengunjungi banyak tempat. Tapi sayang keterbatasan itu kadang membuat langkah sedikit tersendat. Apalagi jika keluyuran ke sana kemari butuh transport, modal, kesiapan dan tetek bengek lainnya. Karenanya, dalam diam, keinginan-keinginan itu terpaksa harus dikubur.  Saat senggang, beberapa waktu lalu, saya nyoba keliling bareng si sulung. Saya awali dari ngajak dia ke museum. Di museum, ia terkaget-kaget melototin barang2 dan aneka macem yg menurut dia aneh. "Kok buku di kerangkeng. Kok ada buaya buatan di kurung dalam kaca," katanya.  "Kok ada foto, kok ada ini itu, di dalam kaca," sambungnya lagi penasaran.  Selepas dari museum, sy ajak lagi ke Sade. Penasarannya kambuh lagi. Kok atap rumah di sini beda ya,

Tembang (HUJAN MALAM MINGGU) dan Pentingnya Sikap REALISTIS

fhoto by : orliniza SAYA gak pernah kepikiran untuk ngopi dengan Capucino (sachetan), karena terbiasa ngopi Hitam. Saya pun gak pernah kepikiran untuk membaca buku berjudul, "Kata adalah Senjata" malam ini. Satu buku lama yg pernah saya beli secara online. Yang ada dalam pikiran saya, sejak dua bahkan tiga hari yang lalu : memenuhi janji bertamu ke rumah seseorang. Tapi apa yang terjadi? Hingga malam ketiga, janji itu tak bisa saya tunaikan. Padahal sedari awal saya siapkan. Justru sebaliknya, saya malah kejebak baca buku, ngopi sembari menikmati hujan malam minggu. Begitulah. Tak semua yg kita pikirkan, rencanakan, bisa terwujud. Justru yang tak terbersit di kepala sama sekali--malah itu yang terjadi ; itu yang kita lakukan. Itu yang kita peroleh. Dari sini, kita bisa mengambil hikmah, bahwa hidup harus kita jalani secara realistis. Hidup itu gak perlu neka-neko. Hidup gak penting membutuhkan seseorang banyak drama, apalagi pencitraan. Hiduplah seadanya, se