Langsung ke konten utama

TUAN GURU HANAFI; FIGUR UNIK - ALIM




Foto : TGH Ahmad Hanafi



Ribuan pelayat, mengantarkan sang tuan guru ke peristirahtan terakhirnya, di lingkungan Ponpes Riyadusshibyan. Ponpes itu dibangunnya puluhan tahun silam


Ribuan pelayat, mengantarkan sang tuan guru ke peristirahtan terakhirnya, di lingkungan Ponpes Riyadusshibyan. Ponpes itu dibangunnya puluhan tahun silam. 

Hanafi kecil lahir sekitar tahun 1937 silam. Lalu TGH Hanafi tutup usia pada usia 86 tahun. Tuan guru yang dikenal alim, tegas dan luwes bergaul itu, menghembuskan nafas terakhir sekitar pukul 23.59 tepat pada 29 Maret 2023. 
"Sejak 2 bulan terakhir kesehatan bapak memang terganggu," kata putranya Nurul Mukminin.

Tuan guru meninggalkan istri dan putra-putrinya. Warisan berharga lain, yg ia tinggalkan adalah Ponpes Riyadusshibyan. Ponpes ini sudah melahirkan ratusan bahkan mungkin ribuan alumni.

Masa kecil, TGH Hanafi mendalami ilmu Al-Quran kali pertama di Dusun Teloke Batulayar. "Beliau Ngaji di Teloke, sama TGH Mukhtar, lalu lanjut lagi ke desa Midang. Selepas itu, beliau Lalu melanjutkan pendidikan ke Islahuddin Kediri.

Dalam dunia pendidikan, Beliau berperan lgsung dalam mendidik santri dan santriwati. Kebiasaan mengulang peljaran2 yg disampaikan adalah gaya khasnya. Semasa hidup sang tuan guru dikenal aktif dalam dunia tariqah dan ormas NU. Salah satu ormas yang didirikan hadratus syekh Hasyim Asyari.

Selamat jalan tuan guru. Engkau tokoh agama alim, unik dan langka serta dekat dg masyarakat. Kami sangsi, figur dan sosokmu terlahir kembali.

Dengan tuan guru, saya sempat beberapa kali sowan ke rumahnya. Saya pun punya kenangan tersendiri. Sayang beribu sayang, ada beberapa hajat dan keinginan yang belum sempat saya utarakan sekligus peroleh dari beliau.

Kini, sosok figur TGH Ahmad Hanafi yang alim dan unik itu, pergi tak akan kembali. Selamat jalan. Surga menanti tuan guru.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

salon motor dan Bayang-bayang semu

saat service motor SAYA hanya bisa geleng2 melihat begitu lihai kiri-kanan tangan Hadi--si tukang salon motor, saat mendandani tunggangan sy tadi pagi. Saya singgah ke tempat itu, selepas mengantar anak sekolah. Sehari-hari, Hadi, menghabiskan waktu menyaloni puluhan motor, mobil, aneka merek. Halaman teras rumahnya, ia jadikan tempat berkreativitas. Tak heran, dia tak perlu buru2 dikejar waktu hanya utk berangkat ngantor. Rumah mungil dan sederhana itulah yg ia jadikan tempat mendulang pundi-pundi rupiah. Yg unik bagi saya, Hadi, tidak butuh atribut seperti plank nama untuk promosi tempat kerjanya seperti kita lihat kebanyakan tempat di sektor bisnis (barang-jasa). Dia menggeser simbol2 promosi yg kerap kamuflase, itu dg bukti konkrit (hasil kerja) dan trust dari ratusan pelanggan.  "Saya gak pasang plank saja, insya Allah banyak pelanggan yg datang. Bahkan sy kewalahan. Apalagi salon motor ini, saya bikinin plank," kata  pria yang alumnus salah satu pesantren di

KELUYURAN ; Ajang Menikmati Waktu Senggang

foto : desa wisata Sade KELUYURAN sekiter sini-sini saja selalu bikin saya terkesima. Terkesima dg keunikan budaya, kebiasaan, panorama alam dan yang lain-lain. Apalagi bisa ke banyak tempat nun jauh di sono. Seneng keluyuran, membuat saya bermimpi mengunjungi banyak tempat. Tapi sayang keterbatasan itu kadang membuat langkah sedikit tersendat. Apalagi jika keluyuran ke sana kemari butuh transport, modal, kesiapan dan tetek bengek lainnya. Karenanya, dalam diam, keinginan-keinginan itu terpaksa harus dikubur.  Saat senggang, beberapa waktu lalu, saya nyoba keliling bareng si sulung. Saya awali dari ngajak dia ke museum. Di museum, ia terkaget-kaget melototin barang2 dan aneka macem yg menurut dia aneh. "Kok buku di kerangkeng. Kok ada buaya buatan di kurung dalam kaca," katanya.  "Kok ada foto, kok ada ini itu, di dalam kaca," sambungnya lagi penasaran.  Selepas dari museum, sy ajak lagi ke Sade. Penasarannya kambuh lagi. Kok atap rumah di sini beda ya,

Tembang (HUJAN MALAM MINGGU) dan Pentingnya Sikap REALISTIS

fhoto by : orliniza SAYA gak pernah kepikiran untuk ngopi dengan Capucino (sachetan), karena terbiasa ngopi Hitam. Saya pun gak pernah kepikiran untuk membaca buku berjudul, "Kata adalah Senjata" malam ini. Satu buku lama yg pernah saya beli secara online. Yang ada dalam pikiran saya, sejak dua bahkan tiga hari yang lalu : memenuhi janji bertamu ke rumah seseorang. Tapi apa yang terjadi? Hingga malam ketiga, janji itu tak bisa saya tunaikan. Padahal sedari awal saya siapkan. Justru sebaliknya, saya malah kejebak baca buku, ngopi sembari menikmati hujan malam minggu. Begitulah. Tak semua yg kita pikirkan, rencanakan, bisa terwujud. Justru yang tak terbersit di kepala sama sekali--malah itu yang terjadi ; itu yang kita lakukan. Itu yang kita peroleh. Dari sini, kita bisa mengambil hikmah, bahwa hidup harus kita jalani secara realistis. Hidup itu gak perlu neka-neko. Hidup gak penting membutuhkan seseorang banyak drama, apalagi pencitraan. Hiduplah seadanya, se