Langsung ke konten utama

Menyemangati (Desa Persiapan) untuk Maju dan Mandiri


(ilustrasi foto : penjual madu dan Plt Kades persiapan desa penanggak Batulayar)


Bagi saya tak ada yg salah dengan mimpi-mimpi mereka. Mimpi itu kekuatan. Mimpi itu adalah awal dari meraih sukses. Karena itu, jangan pernah berhenti bermimpi. 




RENCANA berbagi ilmu tentang, "Penguatan Kapasitas Manajemen dan Entreprenuer Islami untuk Pemuda" yg disetujui Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) UNU NTB tahun lalu (2022) itu--membuat sy berjodoh ketemu salah satu Kades Plt di salah satu desa. Namanya Abdul Hanan. 

Yang menarik, ketika Pak Bedul (demikian dia disapa) cerita ke saya, bahwa dulu ia: seorang penjaga sekolah. Sekian tahun pengabdian, keberuntungan berpihak. Dia diangkat menjadi PNS. Lambat laun, ia dinas di Camat. Kini oleh atasannya, dia ditugaskan sebagai Plt.

"apa penjual madu seperti sy cocok jd kades,??" tanyaku ke pak Plt.

dia ketawa terkekeh.

Hah !

000

Sejauh info yg sy terima, desa ini, masih sbg desa persiapan. Mereka belum sepenuhnya merdeka dr desa Induk. 

Meski begitu, kedua desa yg suatu saat akan berpisah, menentukan jalan dan arah pembangunan masing2 itu, berkomunikasi begitu intens. Seakan menumbuhkan romansa yg tak berkesudahan. Keduanya, seumpama sang induk dan anak. Sang induk masih dicekam rindu terus mendekap anak2nya. Sedang si anak: masih merasa nyaman dan merasakan kasih sayang yang begitu berarti. Berada dalam dekapan sang induk pun, adalah tempat terindah, menumpah segala rasa.

Usai diskusi ngalor ngidul dg warga setempat, sy menangkap, aura optimisme di rona wajah mereka. Ada rasa tak sabar dan campur baur di jiwa2 mereka. Kaki ingin dihentakkan sekeras-kerasnya, utk segera membangun.

Jika vocalis Peterpan punya khayalan tinggi sbgmna ia torehkan dalam tajuk album berjudul, Khayalan setinggi-tingginya", rilis 2004 silam, dan tembang itu digandrungi berbagai kalangan--maka warga yg sy kunjungi itu punya mimpi2 yg jauh melebihi Ariel. Iya..mimpi membangun desa tempat mereka lahir dan beranak pinak. Mereka punya cita2 membangun, memakmurkan desa. Juga memudahkan pelayanan. 

Bagi sy tak ada yg salah dg mimpi2 mereka. Mimpi itu kekuatan. Mimpi itu adalah awal dari meraih sukses. Karena itu, jgn pernah berhenti bermimpi. 

Saya sendiri punya banyak mimpi. Saya juga menyukai sesuatu yang menantang. 

Memilih desa itu sebagai tempat sy berbagi optimisme ttg bagaimana "membangun desa"  menunjukkan bahwa sy suka sesuatu yg menantang. Apa sebab? karena desa itu belum memiliki anggaran yg cukup memadai utk melakukan byk hal, apalagi euporia dg anggaran yg jumlahnya miliaran untuk berkegiatan ria. Artinya, sy memilih desa itu karena belum ada anggaran. Jika pun ada, itu bagus. 

Sy berharap, setidaknya dg kehadiran sy, suatu saat warga di sana--bisa pesan sebotol madu dan ngasi sy uang tip karena kena : COD. Rekan saya yg penjual kopi juga seorang dosen Yakub Ma'arif yg nnti juga akn jdi narasumber, berharap bahwa di benak mereka ada Kampus peradaban bangsa (UNU NTB) yg lebih dulu mengawal mereka, memberi mereka inspirasi, mendorong merka untk semangat dan layak bercita-cita dan mewujudkan mimpi2 utk membangun. Begitu juga harapan salah satu sahabat saya Dedi Riswandi. Lha yo..sama dengan si penjual kopi itu.

Di tunggu tanggal mainnya !

Yg berkesempatan hadir bisa datang. Daftar melalui kolom komentar juga no problem. Di lokasi, kita berbagi optimisme. Kita ngopi, bareng2 minum madu dan ketawa. hihi.haha.

Yg kita gibahkan bersama, tak jauh2: Bagaimana mengelola, membangun desa, menumbuhkan wirausaha islami, mendorong agar sukses membangun BUMDES? 

Saya kira itu. 

Hmm..tanggal muda masih jauh y?. Sehat2 selalu buat kita semua.

                    Mataram, September 2022

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

salon motor dan Bayang-bayang semu

saat service motor SAYA hanya bisa geleng2 melihat begitu lihai kiri-kanan tangan Hadi--si tukang salon motor, saat mendandani tunggangan sy tadi pagi. Saya singgah ke tempat itu, selepas mengantar anak sekolah. Sehari-hari, Hadi, menghabiskan waktu menyaloni puluhan motor, mobil, aneka merek. Halaman teras rumahnya, ia jadikan tempat berkreativitas. Tak heran, dia tak perlu buru2 dikejar waktu hanya utk berangkat ngantor. Rumah mungil dan sederhana itulah yg ia jadikan tempat mendulang pundi-pundi rupiah. Yg unik bagi saya, Hadi, tidak butuh atribut seperti plank nama untuk promosi tempat kerjanya seperti kita lihat kebanyakan tempat di sektor bisnis (barang-jasa). Dia menggeser simbol2 promosi yg kerap kamuflase, itu dg bukti konkrit (hasil kerja) dan trust dari ratusan pelanggan.  "Saya gak pasang plank saja, insya Allah banyak pelanggan yg datang. Bahkan sy kewalahan. Apalagi salon motor ini, saya bikinin plank," kata  pria yang alumnus salah satu pesantren di

KELUYURAN ; Ajang Menikmati Waktu Senggang

foto : desa wisata Sade KELUYURAN sekiter sini-sini saja selalu bikin saya terkesima. Terkesima dg keunikan budaya, kebiasaan, panorama alam dan yang lain-lain. Apalagi bisa ke banyak tempat nun jauh di sono. Seneng keluyuran, membuat saya bermimpi mengunjungi banyak tempat. Tapi sayang keterbatasan itu kadang membuat langkah sedikit tersendat. Apalagi jika keluyuran ke sana kemari butuh transport, modal, kesiapan dan tetek bengek lainnya. Karenanya, dalam diam, keinginan-keinginan itu terpaksa harus dikubur.  Saat senggang, beberapa waktu lalu, saya nyoba keliling bareng si sulung. Saya awali dari ngajak dia ke museum. Di museum, ia terkaget-kaget melototin barang2 dan aneka macem yg menurut dia aneh. "Kok buku di kerangkeng. Kok ada buaya buatan di kurung dalam kaca," katanya.  "Kok ada foto, kok ada ini itu, di dalam kaca," sambungnya lagi penasaran.  Selepas dari museum, sy ajak lagi ke Sade. Penasarannya kambuh lagi. Kok atap rumah di sini beda ya,

Tembang (HUJAN MALAM MINGGU) dan Pentingnya Sikap REALISTIS

fhoto by : orliniza SAYA gak pernah kepikiran untuk ngopi dengan Capucino (sachetan), karena terbiasa ngopi Hitam. Saya pun gak pernah kepikiran untuk membaca buku berjudul, "Kata adalah Senjata" malam ini. Satu buku lama yg pernah saya beli secara online. Yang ada dalam pikiran saya, sejak dua bahkan tiga hari yang lalu : memenuhi janji bertamu ke rumah seseorang. Tapi apa yang terjadi? Hingga malam ketiga, janji itu tak bisa saya tunaikan. Padahal sedari awal saya siapkan. Justru sebaliknya, saya malah kejebak baca buku, ngopi sembari menikmati hujan malam minggu. Begitulah. Tak semua yg kita pikirkan, rencanakan, bisa terwujud. Justru yang tak terbersit di kepala sama sekali--malah itu yang terjadi ; itu yang kita lakukan. Itu yang kita peroleh. Dari sini, kita bisa mengambil hikmah, bahwa hidup harus kita jalani secara realistis. Hidup itu gak perlu neka-neko. Hidup gak penting membutuhkan seseorang banyak drama, apalagi pencitraan. Hiduplah seadanya, se