(FOTO : saat diberi kesempatan menjadi narasumber dalam kegiatan pemberdayaan desa dan literasi digital sekaligus promosi madu)
Di tengah massifnya perkembangan IPTEK, tidak sedikit desa-desa yang belum maksimal memanfaatkan teknologi untuk berbagai kebutuhan. Bahkan oknumnya 'cuek-bebek' bila ada diskusi, sharing berbasis literasi, peningkatan skil dan pengetahuan.
Berbagai kegiatan yang menelan anggaran besar, terkesan seremoni belaka, tanpa menghasilkan produk yang jelas dan langsung berdampak pada masyarakat.
Tak heran kemudian, sederet rencana, program 'desa' yang menyangkut kepentingan hajat hidup masyarakat belum bisa dipenuhi alias gagal 'total'. Yang ada hanya, kesan seremoni, nihil substansi.
Jika itu terjadi terus menerus, belum lagi tidak didukung daya kritis masyarakat--lantaran dibendung 'tangan besi' kepala desa yang kadang merasa paling wah--maka harapan mewujudkan desa yg mandiri dan berdampak pd kesejahteraan masyarakat hanya ilusi.
Apa ini akan terus menerus terjadi? Masih belum puaskah nafsu serakah yg ada pada diri kita utk menghalalkan segala cara? Hah !. Entahlah. Pertanyaan yg gampang2 susah untuk dijawab. Tapi bukan berarti tidak ada jalan keluarnya.
Kita patut bangga, terhadap desa-desa yang giat menginisiasi banyak hal untuk kemajuan desa dan masyarakat. Khidmat mereka itu luar biasa. Sebuah perkkhidamatan dunia akhirat.
Komentar
Posting Komentar