FOTO : Camat Batulayar yang juga inisiator Serial Komedak, Kades Senteluk (inisiator Tanjung Bias) dan salah satu Punyuluh Agama)
BILA hari jumpa dua orang hebat. Yang peci hitam, samping kiri saya, namanya pak Afgan K.N. Dia kreatif. Cerdik melakukan hal-hal yang menginspirasi. Dialah sosok dibalik Komedak. Satu serial komedi dakwah (Komedak) yang menjejali medsos belakangan ini. Serial ini mencoba menggambarkan sedikit dari kultur budaya sasak. Hinggapun filmnya kental sekali dengan aneka varian logat, dialek bahasa2, sehari-hari warga masyarakat di Kec. Batulayar, terutama dialek bahasa Dusun Teloke (kampung halaman) saya. Terus dusun Tegal dan Meninting.
Film ini digandrungi banyak kalangan ; pria, wanita. Bukan saja kalangan tua dan dewasa. Tapi anak2 juga bocah2 ingusan.
Kenapa serial ini begitu disukai?. Saya melihatnya : PERTAMA, komunikatif. Serial ini komunikatif. Sebab, bisa dimengerti oleh orang-orang dari berbagai kalangan, khususnya di Lombok.
KEDUA, tema. Bidikan tema yang disasar sang sutradara meski sepele tapi seksi. Seksi karena dia mampu mengemasnya dg hal2 lucu dan memancing gelegak tawa. Lebih dari itu, berkait kelindan dengan masalah2 sosial, keagamaan, birokrasi dan lainnya. Kemasan inilah yg menurut saya menjadi nilai lebih. Bukankah meski suatu produk tidak terlalu wah, tetapi kalau kemasannya menarik, pasti banyak yg suka?
KETIGA, pesan. Adegan serial komedak yg dikomandoi putra sulung almarhum tokoh NW, (DR) H Musgep BA itu, meski penuh lelucon tapi menyelipkan pesan2 hikmah yg dalam. Gaya narasi audio visual, inilah yg bikin pesan2 itu gampang dicerna ribuan penonton.
Sy menangkap, apa yg dilakukan Afgan ini beda, unik serta luar biasa. Lebih dari itu Ia tak ubahnya, pendakwah yg juga sutradara. Sebuah kemampuan yg jarang2 dimiliki orang kebanyakan. Posisinya yg kini Camat Batulayar menegaskan bahwa ia seorang birokrasi yang cakap. Tak hanya itu, ia adalah seorang pendidik. Di bawah kepemimpinannya di Ponpes Al-Muslimun NW Tegal, yg didirikan ayahandanya--Afgan mengasuh ratusan hingga ribuan santri.
Meski seorang sutradara, ia tak kehilangan 'ketegasan' berada di posisi Camat. Meski doyan melucu, tak juga membuat dirinya terlalu 'jaga jarak' terhadap santri2nya. Meski waktunya, banyak tersita sbg abdi negara dan pendidik, tetapi tak membuat ia malas menuangkan pikiran-gagasannya dlm bentuk tulisan. Kurang lebih tiga buah karya buku, ia torehkan.
Sedang yg peci bulat warna merah itu, Namanya Fuad Abdurrahman. Dia ini, orang nomor satu di Desa Senteluk, karena telah menjadi kepala desa selama dua priode.
Dibanding, Afgan, Fuad ini tak kalah hebat. Di bawah kepemimpinannya, Desa Senteluk melaju kencang. Ia mampu merubah kawasan pantai yg dulu kumuh, kotor bahkan tak pernah dijamah itu, menjadi desa wisata, yakni Tanjung Bias.
Wisata Tanjung Bias itu, hingga kini, terus membius perhatian masyarakat, pejabat, baik pusat lebih2 petinggi daerah. Ribuan orang pernah menginjakkan kaki dikawasan wisata unik itu. Di priode kedua jabatannya, ia menginisiasi berdirinya kawasan wisata lagi. Jika tak keliru, lokasi wisata itu bernama Bukit Moncek. Banyak lagi prestasi2 luar biasa yg lahir dari isi kepala 3 anak itu (jika tidak salah).
Kepeduliannya terhadap dunia pendidikan, jangan tanya !. Ia kerap berkontribusi untuk mensupport berdirinya perpustakaan di dusun dan madrasah.
Dia juga sosok yg dekat dg mahasiswa, khususnya mahasiswa dan mahasiswi yg mukim di Batulayar. Bersama Kades Senteluk itu, sy pernah duduk sebagai dewan komite HIMABA-- sebuah perkumpulan mahasiswa dari berbagai kampus ternama di NTB.
Ketika, sbg komite, bukan sekali, tapi berkali-kali dia turut berpartisipasi dan berkontribusi scr moral dan materil kepada HIMABA.
Dua sahabat karib (bapak Afgan dan Bapak Fuad ini), tentu banyak kekurangan. Justru karena menyadari itu, dua orang ini, terus dan terus belajar. Itu yg sy lihat. Pendek kata : dua orang ini pembelajar tulen. Keduanya, tidak mau menunggu lama2 dan sesuatu yg sempurna untuk menebar kebaikan. Tokoh NU Kiyai As'ad, pernah bilang, "Siapa yg memulai kebaikan jauh lebih utama walaupun tidak sempurna".
Kren kan.
Tapi yg sangat sy sayangkan, inisiator serial Komedak itu, belum pernah kepikiran bikin judul serial komedak, "Penjual Madu yang Ingin Naik Haji"-- atau "Penjual Madu yang ingin jadi Kades", lalu mendapuk sy jadi aktris utama (penjual madu) di serial judul yg sy usulkan pada channel yg sudah memiliki jutaan subsriber itu. Aha !
Sayang bukan? ha ha.
Lalu, dua orang (dalam gambar ini), rupanya tahu bener trik bagaimana meraih sukses. Juga meraih keberhasilan.
Sy pun jadi teringat kata-kata Paul Hanna, Penulis buku terlaris, "You Can Do it !". Kata Hanna, "Orang2 sukses menyadari memiliki potensi yg tidak terbatas. Mereka tahu kekuatan terletak pada kemampuan untuk memfokuskan diri pada tujuan yg jelas".
But the why, dua sosok itu, sy pikir, namanya harus bercokol pada Pileg 2024. Entah di Dapil Gunungsari-Lobar atau Dapil KLU - LOBAR. Apa mungkin tertarik dg dunia full intrik 'politik' ? Kita tunggu saja.
Tapi jika tak tertarik ?
Mungkin keduanya menunggu saat yg tepat.
Komentar
Posting Komentar