Langsung ke konten utama

SIKAP REALISTIS ITU PERMATA




Ilustrasi unk picture novel Daniell Stell


Libur lebaran tahun ini pasti menyenangkan bukan? Bagaimana lebaran ketupatnya? Pastinya seru, kan. Sy yakin, anda menemukan hal-hal seru dan saat2 berarti. Hmm...bener kan dugaanku?

Kita betul2 menikmati libur. Aneka kegiatan kita lakukan, acara kita gelar. Ada yang muncak ke Rinjani. Ada yg menghabiskan waktu ke tempat2 wisata dan yang lain2.

Libur tahun ini, kita hapy banget. Semua kita bersemangat lagi bebas keluyuran mengunjungi sanak saudara, keluarga dan family serta handai tulan. Spirit dalam balutan silaturrahim itu pun mulia. Kita begitu asyik berpesta hingga larut malam. Pesta2 ada yg diselenggarakan di tempat wisata, kedai2 mewah. Juga mencari kesenangan di rumah sendiri. 

Pokoknya, kita memanfaatkan sesuka kita waktu libur ini. Nikmat. Indah. Bahagia. Kira2 begitu. 

Bahagia itu turut sy rasai. Terlebih mendapat kabar seorang kawan atas yg diraihnya. Tahun ini dia merasa bahagia, sebab anak pertamanya lahir, setelah bertahun tahun menanti. Rasa bahagia itu tak mampu ia ekspresikan. Saking bahagianya, Ia tak mampu bicara apa-apa. Ia terlihat menangis tapi rasa syukur membuat air matanya tak bisa menetes di pipinya.

Bahagia atas kehadiran bayi yg sekian tahun ia nanti-nanti. Beberapa saat kemudian, kabar baik menghampiri lagi. SKnya keluar. Selembar surat yg kelak akan memacu semangatnya berkhidmat. SK yg sudah dalam genggaman tangan itu itu pula yg mmbawa langkahnya resmi menjadi dosen tetap di salah satu kampus yg sedang naik. "Insya Allah suatu saat bisa jadi guru besar," celetuknya. Hmm.

Bukan hanya itu. Mimpi dia, memiliki karya 'buku' pun terwujud. Jauh sebelum buku itu ia terima dari penerbit, dia selalu bilang ke saya, "Sebagai akademisi, sy pengen sekali punya buku, yang bisa dinikmati pembaca secara luas". Sy mengangguk. Dia tersenyum.

Lalu, kemarin. Kawanku yg periang itu, mengajukan proposal penelitian. Tetiba projectnya itu goal dari institusi pusat penelitian, lolos. "Tentu kucuran uang, mengalir deras ke kantongnya," aku mendehem.

"Alhamdulillah...semoga lancar dan berkah...bismillah gus," bunyi pesan, membalas WA ku. 

Sy melihat kawanku ini realistis. Tampak dari apa yg dilakukannya: berusaha, berdoa dan ikhtiar. Tiga hal ini penting untuk memacu sekaligus menjadi penyeimbang menjalani hari2 dalam hidupnya.

Sy sendiri yakin bahwa bersikap realistis itu, salah satu sikap yg perlu dimiliki orang2 yg punya mimpi, harapan serta cita2. Terlepas, bahwa cita2 yg diingini itu mustahil bisa terwujud atau tidak?

Di tengah hembusan tahun politik, realistis itu perlu modal super power bagi para politisi. Politisi harus realistis. Realistis itu bukan main hitung2-an (rasional) tetapi juga mempertimbangkan sesuatu yg irrasional (kekuatan yg lahir dari luar). Jika tidak, anda tahu sendiri, banyak para politisi yg kandas, justru stres, bangkrut, frustasi dg masalah yg dihadapinya. Realistis itu : sebuah perpaduan yang tidak saja melibatkan perang, nafsu, dan intrik-intrik berjuang, melainkan pelibatan atas kekuatan di luar personal seseorang. Yaitu do'a dan kekuatan dari yg maha sempurna, TUHAN.

Syukurlah. Dalam hidup ini, sy selalu mencoba membendung hasrat-keinginan sy yang tak pernah ada ujung dan tepi ini--dengan : REALISTIS. Pasalnya, sebagai pebisnis madu, sy tak pernah muluk2 untuk menjadi : Kaya, meskipun suatu saat sy berharap bisa kaya dan dermawan. Cukup dapet rejeki lebih dari  jualan madu, saya sudah bahagia. 

Sense of Happying saya tambah kenceng, saat pelanggan senang dengan produk yang dibelinya dari saya. 

"Pesanan berikutnya sy tunggu," balasku.

Anda bagaimana?

Jewels (Permata), Novel mungil berwarna Hijau karya Daniell Steel (DS) ini, mengajak pembacanya melalui dekade penting dalam kehidupan Sarah, yang melibatkan perang, nafsu, dan intrik-intrik internasional.

REALISTIS itu ya : PERMATA--seperti judul karya DS.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

salon motor dan Bayang-bayang semu

saat service motor SAYA hanya bisa geleng2 melihat begitu lihai kiri-kanan tangan Hadi--si tukang salon motor, saat mendandani tunggangan sy tadi pagi. Saya singgah ke tempat itu, selepas mengantar anak sekolah. Sehari-hari, Hadi, menghabiskan waktu menyaloni puluhan motor, mobil, aneka merek. Halaman teras rumahnya, ia jadikan tempat berkreativitas. Tak heran, dia tak perlu buru2 dikejar waktu hanya utk berangkat ngantor. Rumah mungil dan sederhana itulah yg ia jadikan tempat mendulang pundi-pundi rupiah. Yg unik bagi saya, Hadi, tidak butuh atribut seperti plank nama untuk promosi tempat kerjanya seperti kita lihat kebanyakan tempat di sektor bisnis (barang-jasa). Dia menggeser simbol2 promosi yg kerap kamuflase, itu dg bukti konkrit (hasil kerja) dan trust dari ratusan pelanggan.  "Saya gak pasang plank saja, insya Allah banyak pelanggan yg datang. Bahkan sy kewalahan. Apalagi salon motor ini, saya bikinin plank," kata  pria yang alumnus salah satu pesantren di

KELUYURAN ; Ajang Menikmati Waktu Senggang

foto : desa wisata Sade KELUYURAN sekiter sini-sini saja selalu bikin saya terkesima. Terkesima dg keunikan budaya, kebiasaan, panorama alam dan yang lain-lain. Apalagi bisa ke banyak tempat nun jauh di sono. Seneng keluyuran, membuat saya bermimpi mengunjungi banyak tempat. Tapi sayang keterbatasan itu kadang membuat langkah sedikit tersendat. Apalagi jika keluyuran ke sana kemari butuh transport, modal, kesiapan dan tetek bengek lainnya. Karenanya, dalam diam, keinginan-keinginan itu terpaksa harus dikubur.  Saat senggang, beberapa waktu lalu, saya nyoba keliling bareng si sulung. Saya awali dari ngajak dia ke museum. Di museum, ia terkaget-kaget melototin barang2 dan aneka macem yg menurut dia aneh. "Kok buku di kerangkeng. Kok ada buaya buatan di kurung dalam kaca," katanya.  "Kok ada foto, kok ada ini itu, di dalam kaca," sambungnya lagi penasaran.  Selepas dari museum, sy ajak lagi ke Sade. Penasarannya kambuh lagi. Kok atap rumah di sini beda ya,

Tembang (HUJAN MALAM MINGGU) dan Pentingnya Sikap REALISTIS

fhoto by : orliniza SAYA gak pernah kepikiran untuk ngopi dengan Capucino (sachetan), karena terbiasa ngopi Hitam. Saya pun gak pernah kepikiran untuk membaca buku berjudul, "Kata adalah Senjata" malam ini. Satu buku lama yg pernah saya beli secara online. Yang ada dalam pikiran saya, sejak dua bahkan tiga hari yang lalu : memenuhi janji bertamu ke rumah seseorang. Tapi apa yang terjadi? Hingga malam ketiga, janji itu tak bisa saya tunaikan. Padahal sedari awal saya siapkan. Justru sebaliknya, saya malah kejebak baca buku, ngopi sembari menikmati hujan malam minggu. Begitulah. Tak semua yg kita pikirkan, rencanakan, bisa terwujud. Justru yang tak terbersit di kepala sama sekali--malah itu yang terjadi ; itu yang kita lakukan. Itu yang kita peroleh. Dari sini, kita bisa mengambil hikmah, bahwa hidup harus kita jalani secara realistis. Hidup itu gak perlu neka-neko. Hidup gak penting membutuhkan seseorang banyak drama, apalagi pencitraan. Hiduplah seadanya, se