Langsung ke konten utama

Menulis itu pengobat rindu


Mulailah menulis. Menulis tentang apa saja. So, jangan ragu untuk memulai. Menulis itu punya banyak manfaat. Menulis itu pengobat rindu



Sepulang dari suatu tempat, saya mampir di salah satu taman. Ini taman, tahu tidak--lumayan ramai dikunjungi. Warga sekitar, lebih sering saya dengar menyebutnya: Taman Kota Sandik (TKS). Taman itu berada di Kecamatan Batulayar. Salah satu wilayah paling ujung, Bumi Patut Patuh Patju (Kab. Lombok Barat.

Awalnya, saya tak punya rencana singgah di taman, sore itu. Tapi entah mengapa, langkahku seolah digeret ke situ. Syukurnya, di sana, aku bertemu dengan guruku. Iya guru ngajiku setiap Rabu dan Kamis malam. Dengan segera aku mencium tangannya. Kita pun kemudian asyik ngobrol. Percakapan terhenti, tepat ketika senja di ufuk barat, nyaris tenggelam. Pertanda azan Magrib tiba. Guruku pamit duluan. “Hati-hati ustadz,” ujarku.

Saat hendak pulang, tak sengaja, mataku tertuju pada kumpulan anak-anak muda yang masih duduk. “Gabung dulu Bang,” kata salah seorang dari mereka. Tanpa berpikir panjang, kuiyakan tawaran mereka.

Begitu mendekat, ternyata, mereka adalah kumpulan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di kota Mataram.

Belum habis kuhisap sebatang rokok, yang kulipat kedua tanganku, mereka memintaku pendapatku tentang bagaimana menulis.

“Saya bukan orang yang pandai menulis,” jawabku.

Aku melanjutkan, saya hanya pembelajar, selalu belajar untuk bisa dan mau meluangkan waktu untuk belajar menulis,”.

“Nah yang itu, makanya, bang. Bagi ke kami pengalaman menulis itu,” cetus salah seorang di antara mereka.

Sayapun berbagi pengalaman dengan mereka. Menulis, tak bisa dipisahkan dengan membaca. Untuk mau dan bisa menghasilkan tulisan, seseorang harus memaksa diri membaca. Kualitas tulisan terlihat dari seberapa sering orang itu membaca. Jadi, tips menghasilkan sebuah tulisan itu kuncinya: kemauan. Anda mau saja menulis, itu luar biasa. Itu saja. Terus mencoba dan mencoba. Lama kelamaan, tulisan yang kita buat pasti akan lebih baik.

“Nulis itu, susah Bang,” celetuknya lagi.

Mulailah menulis sesuatu yang kamu sukai. Kalau kamu suka terhadap sesuatu, pasti apa yang ada di kepalamu lebih cepat kamu wujudkan ke dalam tulisan.

Menulis itu bagi saya adalah proses belajar. Belajar tentang banyak hal. Aktvitas menulis, salah satu proses belajar yang sangat mudah dilakukan, di mana dan kapan saja. Kalau ada keinginan untuk menulis, hasrat terhadap membaca otomatis muncul. Mulailah menulis. Menulis tentang apa saja. So, jangan ragu untuk memulai.

Saya yakin, tak kan ada yang akan mengejek tulisan yang kamu buat. Kalau ada yang mengejek tulisanmu, boleh jadi, (orang yang mengejekmu) adalah orang yang tidak suka menulis. Kalaupun ia mengaku seorang penulis, ia hanya menulis untuk tujuan lain: pamer. Sombong. Meskipun begitu, tapi perlu dicamkan baik-baik: kalau antar sesama penulis saling ejek, itu biasa. Tujuannya, saling memotivasi.

Singkat kata, belajar untuk terus mau menulis. Terlebih dewasa ini, ruang untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan.

Terakhir, biar kita sama-sama semangat untuk menulis, tahu gak?, Menulis itu pengobat rindu lho !

Komentar

Postingan populer dari blog ini

salon motor dan Bayang-bayang semu

saat service motor SAYA hanya bisa geleng2 melihat begitu lihai kiri-kanan tangan Hadi--si tukang salon motor, saat mendandani tunggangan sy tadi pagi. Saya singgah ke tempat itu, selepas mengantar anak sekolah. Sehari-hari, Hadi, menghabiskan waktu menyaloni puluhan motor, mobil, aneka merek. Halaman teras rumahnya, ia jadikan tempat berkreativitas. Tak heran, dia tak perlu buru2 dikejar waktu hanya utk berangkat ngantor. Rumah mungil dan sederhana itulah yg ia jadikan tempat mendulang pundi-pundi rupiah. Yg unik bagi saya, Hadi, tidak butuh atribut seperti plank nama untuk promosi tempat kerjanya seperti kita lihat kebanyakan tempat di sektor bisnis (barang-jasa). Dia menggeser simbol2 promosi yg kerap kamuflase, itu dg bukti konkrit (hasil kerja) dan trust dari ratusan pelanggan.  "Saya gak pasang plank saja, insya Allah banyak pelanggan yg datang. Bahkan sy kewalahan. Apalagi salon motor ini, saya bikinin plank," kata  pria yang alumnus salah satu pesantren di

KELUYURAN ; Ajang Menikmati Waktu Senggang

foto : desa wisata Sade KELUYURAN sekiter sini-sini saja selalu bikin saya terkesima. Terkesima dg keunikan budaya, kebiasaan, panorama alam dan yang lain-lain. Apalagi bisa ke banyak tempat nun jauh di sono. Seneng keluyuran, membuat saya bermimpi mengunjungi banyak tempat. Tapi sayang keterbatasan itu kadang membuat langkah sedikit tersendat. Apalagi jika keluyuran ke sana kemari butuh transport, modal, kesiapan dan tetek bengek lainnya. Karenanya, dalam diam, keinginan-keinginan itu terpaksa harus dikubur.  Saat senggang, beberapa waktu lalu, saya nyoba keliling bareng si sulung. Saya awali dari ngajak dia ke museum. Di museum, ia terkaget-kaget melototin barang2 dan aneka macem yg menurut dia aneh. "Kok buku di kerangkeng. Kok ada buaya buatan di kurung dalam kaca," katanya.  "Kok ada foto, kok ada ini itu, di dalam kaca," sambungnya lagi penasaran.  Selepas dari museum, sy ajak lagi ke Sade. Penasarannya kambuh lagi. Kok atap rumah di sini beda ya,

Tembang (HUJAN MALAM MINGGU) dan Pentingnya Sikap REALISTIS

fhoto by : orliniza SAYA gak pernah kepikiran untuk ngopi dengan Capucino (sachetan), karena terbiasa ngopi Hitam. Saya pun gak pernah kepikiran untuk membaca buku berjudul, "Kata adalah Senjata" malam ini. Satu buku lama yg pernah saya beli secara online. Yang ada dalam pikiran saya, sejak dua bahkan tiga hari yang lalu : memenuhi janji bertamu ke rumah seseorang. Tapi apa yang terjadi? Hingga malam ketiga, janji itu tak bisa saya tunaikan. Padahal sedari awal saya siapkan. Justru sebaliknya, saya malah kejebak baca buku, ngopi sembari menikmati hujan malam minggu. Begitulah. Tak semua yg kita pikirkan, rencanakan, bisa terwujud. Justru yang tak terbersit di kepala sama sekali--malah itu yang terjadi ; itu yang kita lakukan. Itu yang kita peroleh. Dari sini, kita bisa mengambil hikmah, bahwa hidup harus kita jalani secara realistis. Hidup itu gak perlu neka-neko. Hidup gak penting membutuhkan seseorang banyak drama, apalagi pencitraan. Hiduplah seadanya, se