Bagiku menarik menulis beberapa penggal kalimat yang disampaikan pengurus pusat LPTNU Prof Dr Maskuri saat beliau mampir di Kampus UNU NTB.
Beliau bilang, "Kunci segala sesuatu adalah membangun dengan hati yang jujur dan tulus"
Pertanyaanku: masihkah ada orang yang mau melakukan sesuatu secara jujur dan tulus berkorban?
Aku sangsi. Pertanyaan itu rasanya agak sulit dijawab. Apalagi era kehidupan dewasa ini. Di mana kita menemukan kondisi yang kompleks dan dinamis, terlebih lagi bila dikaitkan dengan kebutuhan 'materi'. Yang ada, malah, "Saya kerja ini dapat apa; bagian saya berapa?" Ya, nyatanya begitu.
Prof Maskuri juga bilang, "Intelektual dan rasional yang kuat tak akan bisa kokoh tanpa kekuatan spiritual". Kalau bicara intelektual orang selalu ingin merasionalisasikan segala sesuatu. Kadang yang tak cocok untuk dirasionalisasikan, inginnnya: harus rasional. Untuk itu, kekuatan spiritual tak bisa diindahkan begitu saja.
Juga Prof Maskuri bilang, "Perlu membangun atmosfir religius". Apa bisa? Sekarang sebagian dari kita banyak terkesan fobia dengan istilah religius. Tapi, bagi Rektor Unisma tidak. Atmosfir religius harus dibangun dan terus dikembangkan.
Saya sepakat point-point yang disampaikan Prof Maskuri. Ah itu kan teoritis? Siapa bilang.
Prof Maskuri mempraktikkan apa yang disampaikan dan saya catat sebagi point point penting. Ampuhnya ketulusan dan kejujuran ia ikhtiarkan terus menerus untuk membangun Unisma, di mana ia, di situ diamanahkan menjadi Rektor. Kampus Unisma cukup diperhitungkan. Perkembangan kampus itu cukup cepat. Mahasiswanya, banyak berasal dari luar negeri. "Kurang lebih dua puluh negara, menjadi mahasiswa kami di Unisma," katanya. Banyak perkembangan dan kemajuan yang telah diraih salah satu kampus swasta itu.
Komentar
Posting Komentar