Langsung ke konten utama

Citra Pesantren dan Kecaman untuk Si Herry


Media sejagad dan mungkin juga jutaan ribu orang, menghujat pimpinan Ponpes bernama Herry Wirawan. Tidak mengapa? Dan itu sah-sah saja. Lagian, mulut, mulut kita, akun medsos punya kita dan pikiran, pikiran orang dan kita masing-masing yang bersorak sorai.

Silahkan !

Hujat saja. Kecam saja. Penjarakan saja. Itu hak anda masing-masing untuk bersuara. Karena memang dari berbagai segi dia dicap bersalah, melanggar hukum agama dan negara. 

Tapi di mata saya, tak berani mengecam terlalu ekstrim bahkan radikal. Sekedar saja. Cukup lah nanti dia berurusan sama yang berwenang dan dia sendiri yang menanggung resiko atas perbuatannya itu terutama sekali dihadapan sang pencipta.

Bukankah setiap kita berpotensi untuk berbuat dosa?. Baiknya sekedar saja lah

Saya yakin bukan hanya pencabulan yang mengandung dosa. Anda Menipu itu dosa besar. Anda curang, juga dosa besar. Anda  makan hak orang, dosa. Anda tidak bayar keringat orang, dosa. Anda memprovokasi orang biar terjadi keributan juga dosa lho. Dosa juga sih kalau anda menganggap sesama muslim kafir. Dan berderet deret lagi, banyaknya perbuatan dosa-dosa yang tidak kalah besarnya. Hanya saja mungkin kadar dan dampak dari perbuatan dosa itu yang beda.

Tapi mungkin nasib ustadz Herry yang katanya dari Bandung itu lagi apes. Iya Apes. Jadi ketahuan deh. 

Saya berharap dan mari semua kita berdoa mudahan tidak ada lagi kejadian2 serupa. Semoga kita, dan keluarga serta orang2 yg kita cintai, orang-orang terdekat kita senantiasa dilindungi Allah dari perbuatan keji. 

Tambahan lagi, mudahan si tertuduh, si pelaku, yang katanya pimpinan Rumah Tahfidz itu taubat dan kuat menjalani hukuman jika benar-benar di mata hukum, dia bersalah. Oh ya, "Rumah tahfidz". Jadi inget ceramah Buya ar-Razi yang bilang, "Hati-hati milih rumah tahfidz". 

Dan akibat dari fenomena yang menghebohkan medsos sejagad atas perilaku si Herry, sedikit tidak berdampak pada citra dan reputasi pesantren.

Sepertinya lembaga/instansi yang memberikan izin mendirikan lembaga pendidikan(formal-non formal) selain ada psikolog, harus punya ahli yang bisa menilai seseorang apakah  oknum yang mengajukan ijin orangnya itu ovver seks atau tidak? standar atau bagaimana? Apa mungkin. Hah !

Di dunia ini sepertinya semua mungkin. 

Nilai orang, jangan sampai bikin kita lupa nilai diri kita.

Sehat-sehat selalu semua kita ya. Let's drink madu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

salon motor dan Bayang-bayang semu

saat service motor SAYA hanya bisa geleng2 melihat begitu lihai kiri-kanan tangan Hadi--si tukang salon motor, saat mendandani tunggangan sy tadi pagi. Saya singgah ke tempat itu, selepas mengantar anak sekolah. Sehari-hari, Hadi, menghabiskan waktu menyaloni puluhan motor, mobil, aneka merek. Halaman teras rumahnya, ia jadikan tempat berkreativitas. Tak heran, dia tak perlu buru2 dikejar waktu hanya utk berangkat ngantor. Rumah mungil dan sederhana itulah yg ia jadikan tempat mendulang pundi-pundi rupiah. Yg unik bagi saya, Hadi, tidak butuh atribut seperti plank nama untuk promosi tempat kerjanya seperti kita lihat kebanyakan tempat di sektor bisnis (barang-jasa). Dia menggeser simbol2 promosi yg kerap kamuflase, itu dg bukti konkrit (hasil kerja) dan trust dari ratusan pelanggan.  "Saya gak pasang plank saja, insya Allah banyak pelanggan yg datang. Bahkan sy kewalahan. Apalagi salon motor ini, saya bikinin plank," kata  pria yang alumnus salah satu pesantren di

KELUYURAN ; Ajang Menikmati Waktu Senggang

foto : desa wisata Sade KELUYURAN sekiter sini-sini saja selalu bikin saya terkesima. Terkesima dg keunikan budaya, kebiasaan, panorama alam dan yang lain-lain. Apalagi bisa ke banyak tempat nun jauh di sono. Seneng keluyuran, membuat saya bermimpi mengunjungi banyak tempat. Tapi sayang keterbatasan itu kadang membuat langkah sedikit tersendat. Apalagi jika keluyuran ke sana kemari butuh transport, modal, kesiapan dan tetek bengek lainnya. Karenanya, dalam diam, keinginan-keinginan itu terpaksa harus dikubur.  Saat senggang, beberapa waktu lalu, saya nyoba keliling bareng si sulung. Saya awali dari ngajak dia ke museum. Di museum, ia terkaget-kaget melototin barang2 dan aneka macem yg menurut dia aneh. "Kok buku di kerangkeng. Kok ada buaya buatan di kurung dalam kaca," katanya.  "Kok ada foto, kok ada ini itu, di dalam kaca," sambungnya lagi penasaran.  Selepas dari museum, sy ajak lagi ke Sade. Penasarannya kambuh lagi. Kok atap rumah di sini beda ya,

Tembang (HUJAN MALAM MINGGU) dan Pentingnya Sikap REALISTIS

fhoto by : orliniza SAYA gak pernah kepikiran untuk ngopi dengan Capucino (sachetan), karena terbiasa ngopi Hitam. Saya pun gak pernah kepikiran untuk membaca buku berjudul, "Kata adalah Senjata" malam ini. Satu buku lama yg pernah saya beli secara online. Yang ada dalam pikiran saya, sejak dua bahkan tiga hari yang lalu : memenuhi janji bertamu ke rumah seseorang. Tapi apa yang terjadi? Hingga malam ketiga, janji itu tak bisa saya tunaikan. Padahal sedari awal saya siapkan. Justru sebaliknya, saya malah kejebak baca buku, ngopi sembari menikmati hujan malam minggu. Begitulah. Tak semua yg kita pikirkan, rencanakan, bisa terwujud. Justru yang tak terbersit di kepala sama sekali--malah itu yang terjadi ; itu yang kita lakukan. Itu yang kita peroleh. Dari sini, kita bisa mengambil hikmah, bahwa hidup harus kita jalani secara realistis. Hidup itu gak perlu neka-neko. Hidup gak penting membutuhkan seseorang banyak drama, apalagi pencitraan. Hiduplah seadanya, se