Langsung ke konten utama

Bermedsos Ria



Di medsos kita bisa sesuka kita menulis, mengupload gambar, menshare dan membagikan postingan orang. Lebih dari itu kita bisa juga kirim komentar. Entah komentar itu bernada biasa, bercanda. Juga komentar serius (positif-negatif) terhadap apa yang diposting orang lain.


Di medsos, kita bisa bertindak sesuka itu. Hampir tak ada yang melarang. Hanya saja di beberapa postingan tertentu, apa yang kita posting, tidak bisa dilihat oleh orang lain. Karena kita tak ingin menunjukkannya ke publik.

Dari apa yang ditulis, dishare, diupload dan dibagikan si pemilik akun, seseorang bisa melihat dan memberikan penilaian pada diri si pemilik akun. Tentu saja penilaian kita boleh jadi benar, bisa juga keliru.

Suka, tidak suka, anda tentu harus bisa menerima penilaian itu, sebab standar yang dijadikan penilaian adalah rekam jejak postingan demi postingan yang anda share tiap waktu.

Alhasil bagaimana anda memanfaatkan akun medsos milik anda, dan dilihat oleh ratusan bahkan ribuan orang, telah mencerminkan apa yang ada di pikiran anda.

Pikiran anda
Apa yang ada di pikiran anda, bisa diketahui melalui medsos. Pikiran ialah kemampuan menghubungkan keadaan mental kepercayaan, intensi, hasrat, berpura-pura, pengetahuan, dan lain-lain kepada diri sendiri dan orang lain dan untuk memahami bahwa orang lain memiliki kepercayaan, keinginan dan intensi yang berbeda dari diri kita sendiri.

Pendek kata, pikiran ialah apa yang di kepala anda. Anda memperolehnya melalui beragam cara, melalui membaca, merenung, berfikir dan sebagainya. So, menulislah di Medsos.

Medsos adalah ruang yang tepat untuk kita membiasakan diri nulis. Tulislah apa yang kita sukai, asalkan tulisan kita sebisa mungkin tidak menyudutkan pihak lain. Kalaupun ada yang tersinggung, itu biasa. Sebab, setiap orang punya pikiran dan pendapat yang tidak sama dengan kita: berbeda. Tapi satu hal yang penting: kita harus saling menghargai.

Dinding Facebook yang sebentar lagi berganti nama menjadi Meta, harus kita jadikan diary digital. Diary digital ini, harus kita manfaatkan untuk menulis, menulis dan terus menulis.

Banyak Kegunaan
Banyak manfaat yang diperoleh bila kita punya media sosial. Segudang manfaat itu di satu sisi, bisa membuat kita melejit (positif) tiba-tiba dan bisa membuat kita terperosok jatuh ke jurang.

Tapi semua manfaat positif dan negatif tadi itu bergantung kita. Kita lah yang bisa mengendalikan diri kita--atau self control--untuk memilih dan menentukan untuk apa dan dengan cara bagaimana media sosial kita gunakan.

Coba kita lihat orang orang yang berproses dan membuat namanya dikenal banyak orang melalui media sosial. Mereka, lalu dengan gampangnya memperoleh apa yang dia mau: uang, panggung, reputasi dan yang lain-lain. Orang pun lalu meng-elu-elukannya, mendambakannya. Tetapi meskipun begitu, selalu saja ada yang nyinyir, benci dan mencemoohnya. Ini konsekuensi memang.

Untuk segala hal yang kita mau, kita inginkan, media sosial adalah ruang yang bisa dibilang tepat untuk kita masuki. Kita harus berada di dalamnya, di situ lalu, kita mesti memainkan peran dan menunjukkan kita ada. Kalau tidak: jangan harap.

Bagi Para politisi, medsos adalah lahan basah untuk mencitrakan diri dan perannya. Bagi para orator, medsos adalah wahana untuk ia memperlihatkan betapa ia lihai dan vokal berbicara. Bagi para pebisnis medsos bisa ia jadikan pasar untuk tawar menawar barang dan jasa. Bagi para penceramah, pejabat, publik figur dan yang lainnya, medsos adalah panggung untuk menunjukkan adegan, lakon biar penonton tahu siapa diri dan sosoknya. Di sini eksistensi menjadi sesuatu yang dibutuhkan. Eksistensi di medsos telah menjadi semacam need primer yang dibutuhkan seorang individu atau kelompok.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

salon motor dan Bayang-bayang semu

saat service motor SAYA hanya bisa geleng2 melihat begitu lihai kiri-kanan tangan Hadi--si tukang salon motor, saat mendandani tunggangan sy tadi pagi. Saya singgah ke tempat itu, selepas mengantar anak sekolah. Sehari-hari, Hadi, menghabiskan waktu menyaloni puluhan motor, mobil, aneka merek. Halaman teras rumahnya, ia jadikan tempat berkreativitas. Tak heran, dia tak perlu buru2 dikejar waktu hanya utk berangkat ngantor. Rumah mungil dan sederhana itulah yg ia jadikan tempat mendulang pundi-pundi rupiah. Yg unik bagi saya, Hadi, tidak butuh atribut seperti plank nama untuk promosi tempat kerjanya seperti kita lihat kebanyakan tempat di sektor bisnis (barang-jasa). Dia menggeser simbol2 promosi yg kerap kamuflase, itu dg bukti konkrit (hasil kerja) dan trust dari ratusan pelanggan.  "Saya gak pasang plank saja, insya Allah banyak pelanggan yg datang. Bahkan sy kewalahan. Apalagi salon motor ini, saya bikinin plank," kata  pria yang alumnus salah satu pesantren di

KELUYURAN ; Ajang Menikmati Waktu Senggang

foto : desa wisata Sade KELUYURAN sekiter sini-sini saja selalu bikin saya terkesima. Terkesima dg keunikan budaya, kebiasaan, panorama alam dan yang lain-lain. Apalagi bisa ke banyak tempat nun jauh di sono. Seneng keluyuran, membuat saya bermimpi mengunjungi banyak tempat. Tapi sayang keterbatasan itu kadang membuat langkah sedikit tersendat. Apalagi jika keluyuran ke sana kemari butuh transport, modal, kesiapan dan tetek bengek lainnya. Karenanya, dalam diam, keinginan-keinginan itu terpaksa harus dikubur.  Saat senggang, beberapa waktu lalu, saya nyoba keliling bareng si sulung. Saya awali dari ngajak dia ke museum. Di museum, ia terkaget-kaget melototin barang2 dan aneka macem yg menurut dia aneh. "Kok buku di kerangkeng. Kok ada buaya buatan di kurung dalam kaca," katanya.  "Kok ada foto, kok ada ini itu, di dalam kaca," sambungnya lagi penasaran.  Selepas dari museum, sy ajak lagi ke Sade. Penasarannya kambuh lagi. Kok atap rumah di sini beda ya,

Tembang (HUJAN MALAM MINGGU) dan Pentingnya Sikap REALISTIS

fhoto by : orliniza SAYA gak pernah kepikiran untuk ngopi dengan Capucino (sachetan), karena terbiasa ngopi Hitam. Saya pun gak pernah kepikiran untuk membaca buku berjudul, "Kata adalah Senjata" malam ini. Satu buku lama yg pernah saya beli secara online. Yang ada dalam pikiran saya, sejak dua bahkan tiga hari yang lalu : memenuhi janji bertamu ke rumah seseorang. Tapi apa yang terjadi? Hingga malam ketiga, janji itu tak bisa saya tunaikan. Padahal sedari awal saya siapkan. Justru sebaliknya, saya malah kejebak baca buku, ngopi sembari menikmati hujan malam minggu. Begitulah. Tak semua yg kita pikirkan, rencanakan, bisa terwujud. Justru yang tak terbersit di kepala sama sekali--malah itu yang terjadi ; itu yang kita lakukan. Itu yang kita peroleh. Dari sini, kita bisa mengambil hikmah, bahwa hidup harus kita jalani secara realistis. Hidup itu gak perlu neka-neko. Hidup gak penting membutuhkan seseorang banyak drama, apalagi pencitraan. Hiduplah seadanya, se