Langsung ke konten utama

Senengnya Bisa Kebagian BUKU



Saya kebagian dua unit mobil, eh…dua buah buku, malam itu. Buku pertama berjudul, "SISTEM INFORMASI" diberikan kepada kami bertiga; saya sendiri, kemudian Abdurrahman dan Sain Aqije oleh Prof M Tajudin, yang sekaligus penulisnya. Prof Tajudin adalah salah satu aktifis dan pengurus NU baik kota Mataram dan Lombok Barat.


Kami bertiga ke rumah Prof Tajudin, selain silaturrahim juga untuk memperdalam dan menambah data tentang TGH Anwar. Salah satu tokoh NU sekitar era 1956 (kalau tidak salah).


Selepas dari rumah Prof Tajudin, saya lanjutkan silaturahim ke kediaman bapak Hafidz, salah satu putra tokoh Anshor dan aktivis partai NU era 1952 yakni Fathurrahman Zakaria. Tujuan saya ke rumah pak Hafidz adalah untuk mendapatkan data tentang ayahandanya.



Pembaca tahu gak siapa Fath Zakaria? Tahu tidak, Fath Zakaria oleh rekan rekannya dijuluki singa podium di masa masa genting masyarakat menumpas PKI. Selain pernah menjadi anggota DPRD Daswati II Lombok Barat pada tahun 1960, dan Anggota DPRD Tk I NTB selama tiga priode (1982-1997), pernah menjabat wakil ketua DPR-GR dan anggota harian BPH tahun 1971. Pak Zack (begitu kerap ia disapa), adalah mantan ketua Ansor pada saat TGH Mustadjab menjabat ketua NU. Juga mantan Wartawan di media pertama yang ada di Lombok yaitu Harian Gelora.

Sayangnya saat tiba di rumah yang pernah ditempati aktivis Anshor itu, putranya tidak ada. Saya hanya bisa ketemu menantunya.

Bertemu menantu pak Zack, dan ngobrol sedikit tentang salah satu tokoh Ansor itu, kami bertiga kebagian buku karangan Pak Zack berjudul, "GEGER; Gerakan 30 September 1965, Rakyat NTB Melawan Gerakan Merah". Dua buku karangan Pak Zack lainnya juga sudah saya miliki.

Kren. Malam ini, saya senang dapet berkah Buku. Buku adalah gudang ilmu. Buku adalah salah satu sumber pengetahuan.

Semoga kita semua, cinta buku, cinta ilmu pengetahuan. Oh ya, hampir lupa, job saya berikutnya; bagaimana kemudian agar dua buah buku itu tuntas saya baca.

 

(08/7/2021

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

salon motor dan Bayang-bayang semu

saat service motor SAYA hanya bisa geleng2 melihat begitu lihai kiri-kanan tangan Hadi--si tukang salon motor, saat mendandani tunggangan sy tadi pagi. Saya singgah ke tempat itu, selepas mengantar anak sekolah. Sehari-hari, Hadi, menghabiskan waktu menyaloni puluhan motor, mobil, aneka merek. Halaman teras rumahnya, ia jadikan tempat berkreativitas. Tak heran, dia tak perlu buru2 dikejar waktu hanya utk berangkat ngantor. Rumah mungil dan sederhana itulah yg ia jadikan tempat mendulang pundi-pundi rupiah. Yg unik bagi saya, Hadi, tidak butuh atribut seperti plank nama untuk promosi tempat kerjanya seperti kita lihat kebanyakan tempat di sektor bisnis (barang-jasa). Dia menggeser simbol2 promosi yg kerap kamuflase, itu dg bukti konkrit (hasil kerja) dan trust dari ratusan pelanggan.  "Saya gak pasang plank saja, insya Allah banyak pelanggan yg datang. Bahkan sy kewalahan. Apalagi salon motor ini, saya bikinin plank," kata  pria yang alumnus salah satu pesantren di

KELUYURAN ; Ajang Menikmati Waktu Senggang

foto : desa wisata Sade KELUYURAN sekiter sini-sini saja selalu bikin saya terkesima. Terkesima dg keunikan budaya, kebiasaan, panorama alam dan yang lain-lain. Apalagi bisa ke banyak tempat nun jauh di sono. Seneng keluyuran, membuat saya bermimpi mengunjungi banyak tempat. Tapi sayang keterbatasan itu kadang membuat langkah sedikit tersendat. Apalagi jika keluyuran ke sana kemari butuh transport, modal, kesiapan dan tetek bengek lainnya. Karenanya, dalam diam, keinginan-keinginan itu terpaksa harus dikubur.  Saat senggang, beberapa waktu lalu, saya nyoba keliling bareng si sulung. Saya awali dari ngajak dia ke museum. Di museum, ia terkaget-kaget melototin barang2 dan aneka macem yg menurut dia aneh. "Kok buku di kerangkeng. Kok ada buaya buatan di kurung dalam kaca," katanya.  "Kok ada foto, kok ada ini itu, di dalam kaca," sambungnya lagi penasaran.  Selepas dari museum, sy ajak lagi ke Sade. Penasarannya kambuh lagi. Kok atap rumah di sini beda ya,

Tembang (HUJAN MALAM MINGGU) dan Pentingnya Sikap REALISTIS

fhoto by : orliniza SAYA gak pernah kepikiran untuk ngopi dengan Capucino (sachetan), karena terbiasa ngopi Hitam. Saya pun gak pernah kepikiran untuk membaca buku berjudul, "Kata adalah Senjata" malam ini. Satu buku lama yg pernah saya beli secara online. Yang ada dalam pikiran saya, sejak dua bahkan tiga hari yang lalu : memenuhi janji bertamu ke rumah seseorang. Tapi apa yang terjadi? Hingga malam ketiga, janji itu tak bisa saya tunaikan. Padahal sedari awal saya siapkan. Justru sebaliknya, saya malah kejebak baca buku, ngopi sembari menikmati hujan malam minggu. Begitulah. Tak semua yg kita pikirkan, rencanakan, bisa terwujud. Justru yang tak terbersit di kepala sama sekali--malah itu yang terjadi ; itu yang kita lakukan. Itu yang kita peroleh. Dari sini, kita bisa mengambil hikmah, bahwa hidup harus kita jalani secara realistis. Hidup itu gak perlu neka-neko. Hidup gak penting membutuhkan seseorang banyak drama, apalagi pencitraan. Hiduplah seadanya, se