Langsung ke konten utama

Belajar MEMIMPIN Diskusi

 


RABU pagi (5/7) di Lesehan Taliwang Nada, saya mencoba belajar memimpin FGD buku Tuan Guru yang dilaksanakan Lakpesdam NU.

Kegiatan FGD berjalan lancar. Banyak tokoh, tuan guru dan keluarga para tokoh yang ditulis ikut serta dalam kegiatan FGD itu.

Dari kalangan Akademisi saya lihat ada Prof M Tajudin,  pengurus PWNU, Dr Saleh Ending (dosen UIN Mataram), Dr. H Ahyar Fadli (Rektor Bagu, Kotib Syuriah PCNU), Dr H. Nazar Naamy. Kemudian ada Ir Mahfudz (mantan ketua PWNU), ada Sekjen PCNU TGH Ali Maksum. Juga ada Ustadz Amrul Jihadi (Baznas Lobar). Sementara dari kalangan Dzurriyat, ada TGH Mukhlis, TGH Abdullah Musthofa, TGH Zul, TGH Nafsin, Imam Ghazali dan banyak lagi yang lain yang tentu tak bisa disebut satu persatu.



Melihat sepintas kegiatan FGD itu, abang Yusuf Tantowi bilang, "Ini moment langka. Jarang jarang kita bisa mempertemukan Dzurriyat tokoh tokoh/tuan guru yang ada di Lobar".

Tidak sedikit kritikan (masukan sekaligus saran) sebagai catatan penting untuk melengkapi kekurangan dalam naskah buku berjudul, "Bintang-bintang NU di pulau Seribu Masjid (1938-2020).

Masukan berupa saran dan kritikan itulah yang memang diharapkan oleh ketua Lakpesdam Abdurrahman. Dia bilang, "Hajatan FGD ini memang kita peruntukkan untuk itu, untuk dapat koreksi; masukan agar buku ini layak terbit".

Terima kasih atas proaktif dan kontribusi semua pihak. Sahabat Sain Aqije thanks so much atas kegigihannya menyiapkan segala sesuatu. Begitu juga rekan dan sahabat dan Yakub Ma'arif . Juga sahabat yang lain yang berkenan hadir.

Harapan kami di Lakpesdam, tunas do'a rekan dan sahabat semua (tanpa kecuali) agar ikhtiar kami ini untuk merekam jejak dan kiprah guru guru kita, senantiasa diberi kemudahan dan keberkahan.

Akhirul kalam, bukankah jika kita bukan orang yang berilmu, kita dianjurkan untuk menjadi penuntut ilmu yang baik. Jika itu tak bisa, kita dianjurkan untuk menjadi orang yang mendengarkan ilmu. Kalau ini tak bisa juga, kita dianjurkan untuk mencintai ilmu. Lagi, jika ini tak juga bisa, saya pikir, kita sangat dianjurkan untuk mencintai orang orang yang memiliki ilmu; siapa mereka? Siapa lagi kalau bukan mencintai tuan guru, kiyai, guru guru kita.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

salon motor dan Bayang-bayang semu

saat service motor SAYA hanya bisa geleng2 melihat begitu lihai kiri-kanan tangan Hadi--si tukang salon motor, saat mendandani tunggangan sy tadi pagi. Saya singgah ke tempat itu, selepas mengantar anak sekolah. Sehari-hari, Hadi, menghabiskan waktu menyaloni puluhan motor, mobil, aneka merek. Halaman teras rumahnya, ia jadikan tempat berkreativitas. Tak heran, dia tak perlu buru2 dikejar waktu hanya utk berangkat ngantor. Rumah mungil dan sederhana itulah yg ia jadikan tempat mendulang pundi-pundi rupiah. Yg unik bagi saya, Hadi, tidak butuh atribut seperti plank nama untuk promosi tempat kerjanya seperti kita lihat kebanyakan tempat di sektor bisnis (barang-jasa). Dia menggeser simbol2 promosi yg kerap kamuflase, itu dg bukti konkrit (hasil kerja) dan trust dari ratusan pelanggan.  "Saya gak pasang plank saja, insya Allah banyak pelanggan yg datang. Bahkan sy kewalahan. Apalagi salon motor ini, saya bikinin plank," kata  pria yang alumnus salah satu pesantren di

KELUYURAN ; Ajang Menikmati Waktu Senggang

foto : desa wisata Sade KELUYURAN sekiter sini-sini saja selalu bikin saya terkesima. Terkesima dg keunikan budaya, kebiasaan, panorama alam dan yang lain-lain. Apalagi bisa ke banyak tempat nun jauh di sono. Seneng keluyuran, membuat saya bermimpi mengunjungi banyak tempat. Tapi sayang keterbatasan itu kadang membuat langkah sedikit tersendat. Apalagi jika keluyuran ke sana kemari butuh transport, modal, kesiapan dan tetek bengek lainnya. Karenanya, dalam diam, keinginan-keinginan itu terpaksa harus dikubur.  Saat senggang, beberapa waktu lalu, saya nyoba keliling bareng si sulung. Saya awali dari ngajak dia ke museum. Di museum, ia terkaget-kaget melototin barang2 dan aneka macem yg menurut dia aneh. "Kok buku di kerangkeng. Kok ada buaya buatan di kurung dalam kaca," katanya.  "Kok ada foto, kok ada ini itu, di dalam kaca," sambungnya lagi penasaran.  Selepas dari museum, sy ajak lagi ke Sade. Penasarannya kambuh lagi. Kok atap rumah di sini beda ya,

Tembang (HUJAN MALAM MINGGU) dan Pentingnya Sikap REALISTIS

fhoto by : orliniza SAYA gak pernah kepikiran untuk ngopi dengan Capucino (sachetan), karena terbiasa ngopi Hitam. Saya pun gak pernah kepikiran untuk membaca buku berjudul, "Kata adalah Senjata" malam ini. Satu buku lama yg pernah saya beli secara online. Yang ada dalam pikiran saya, sejak dua bahkan tiga hari yang lalu : memenuhi janji bertamu ke rumah seseorang. Tapi apa yang terjadi? Hingga malam ketiga, janji itu tak bisa saya tunaikan. Padahal sedari awal saya siapkan. Justru sebaliknya, saya malah kejebak baca buku, ngopi sembari menikmati hujan malam minggu. Begitulah. Tak semua yg kita pikirkan, rencanakan, bisa terwujud. Justru yang tak terbersit di kepala sama sekali--malah itu yang terjadi ; itu yang kita lakukan. Itu yang kita peroleh. Dari sini, kita bisa mengambil hikmah, bahwa hidup harus kita jalani secara realistis. Hidup itu gak perlu neka-neko. Hidup gak penting membutuhkan seseorang banyak drama, apalagi pencitraan. Hiduplah seadanya, se