PAGI-pagi sekali, di suatu kesempatan, saya sengaja membuang waktu menikmati suasana di pinggir pantai. Saat di perjalanan, ouhhh... dinginnya pagi mengilu kulit. Belum lagi, suasana sesak lagi ramai. Lalu lalang orang; yang datang dan pergi tak ubahnya kerumunan semut yang merayap di dinding tembok mewarnai kondisi suasana pagi tadi.
Setiba di pantai, melongok aktivitas pengunjung sangat beragam.
Saya lihat ada yang asyik lari mondar mandir. Ada yang sibuk mencari ikan,
memikul perahu, sampan, usai melaut. Ada yang sekedar duduk menikmati indahnya
debur 'suara ombak'. Dua pasangan sejoli juga saya lihat asyik saling menukar
rayuan. Sebagian lagi memilih jalan jalan di pinggir pantai sembari meregangkan
otot yang seharian bergelut dengan kesibukan. Pengunjung yang lain, asyik
membuka bekal yang dibawa dari rumah selepas menceburkan tubuh pada hangatnya
biru air laut.
"Kopi itu segelas. Mana pelecing itu, dibuka dek. Saya mau makan," kata pria di depanku yang badanya basah kuyup meminta istrinya menyiapkan bekal dibawa untuk segera disantap pagi itu.
Mereka tampak bahagia. Bahagia sekali. Semburat wajahnya seperti tiada beban meski di tengah kondisi pandemi dan beban hidup yang kian melilit lantaran mati surinya aktivitas ekonomi. Puluhan bahkan ratusan pengunjung itu tak kalah bahagianya dengan saya yang duduk dibelakangnya, meski hanya ditemani segelas kopi hangat bersama istri dan anak yang asyik main ayunan.
Tak perlu mewah. Bahagia itu bisa diperoleh dengan cara sederhana. Sesederhana beragam aktivitas orang orang yang saya lihat di pantai.
Semoga kita selalu happy, pandai bersyukur.
Batulayar, 4/7/2021
Komentar
Posting Komentar